Kekuatan Udara 2015 (III): Ada Pemenang, Ada Pecundang

Kekuatan Udara 2015 (III): Ada Pemenang, Ada Pecundang

typhoon 2

Bukan hanya F-35 yang terus membuat kemajuan menuju kemampuan operasional. Tahun 2015 juga merupakan tahun yang luar biasa untuk Dassault Rafale yang bertahun-tahun telah menelan kekecewaan karena tidak menemukan pembeli. Pada bulan Februari 215 mereka menerima order ekspor pertama, kemudian dua bulan kemudian datang pesanan kedua. Sebuah batch pertama tiga pesawat telah dipasok ke Mesir yang memesan dua lusin pesawat. Sementara Qatar memesan 36.

India masih mengalami sejumlah kendala dalam pembelian 36 Rafale tetapi sepertinya arahnya hampir pasti kontrak akan segera diteken.

Konsorsium Eurofighter pada 2015 juga menciptakan peluang besar terutama di Timur Tegnah, dengan Kuwait mengumumkan kesepakatan tertunda untuk 28 Typhoon. Kesuksesan yang juga bisa diartikan sebagai akhir dari harapan Boeing bisa menjual F / A-18E / F Super Hornet untuk angkatan udara Kuwait, meskipun Boeing percaya kesepakatan bisa tetap dilakukan meski sudah membeli Typhoon. Boeing saat ini masih mengandalkan pesanan tambahan dari Angkatan Laut AS dan pembeli ekspor berpotensi lainnya untuk memperluas produksi hingga akhir dekade ini.

Saab Gripen juga telah menikmati kesuksesan, dengan Brazil setelah kontrak 28 pesawat model NG, dan insinyur Embraer pertama telah berada di Swedia untuk mengembangkan kemampuan mereka membangun pesawat mesin tunggal ini. Tahun mendatang akan dilakukan penerbangan pertama prototipe Model E  yang diproduksi pertama untuk Swedia dan saat ini sedang dalam tahap akhir perakitan.

Northrop Grumman akhirnya memenangkan pemilihan untuk membangun bomber jarak jauh Amerika dengan rencana 100 pesawat akan dibeli. Kontrak yang konon mencapai nilai US$80 miliar ini akan menjaga Northrop sebagai produsen bomber tanpa tadning, dan akhirnya memberikan pengganti Boeing B-52H yang 77 pesawat masih digunakan saat ini serta bomber yang lebih muda B-1B.