Jangkauan maksimum pesawat tempur berbasis kapal induk Angkatan Laut Amerika telah terkikis selama seperempat abad terakhir. Dan ini akan berlanjut ketika jet tempur masa depan F-35C masuk ke layanan Angkatan Laut. Pesawat canggih ini harus melakukan pengisian bahan bakar sekitar 600 mil setelah terbang. Angka itu hanya sepertiga kisaran A-3 Skywarrior, yang mulai beroperasi pada tahun 1956.
Pendeknya rentang terbang ini memunculkan masalah. Ambil contoh ketika F-18 Hornet menyerang Afghanistan. Atau mungkin Irak saat ini. Pesawat itu harus mengisi bahan bakar berulang kali dari tanker udara. Masalahnya adalah hal itu tidak akan bisa dilakukan di wilayah musuh dengan kekuatan rudal anti pesawat.
Maka muncullah apa yang disebut program dengan UCLASS (Unmanned Carrier-Launched Surveillance & Strike). Sebuah pesawat tanpa awak yang diluncurkan dari kapal induk. Tetapi program ini seperti tari poco-poco yang tiga langkah maju tiga langkah mundur. Alias jalan di tempat. Apa yang menjadi perdebatan sehingga program ini justru memunculkan fustrasi di beberapa orang?
Perdebatan terjadi antara Angkatan Laut dan Komite Bersenjata dan Sub Komite Angkatan Laut Kongres. Ketua Komite Bersenjata Senat John McCain dan ketua subkomite Seapower Kongres Randy Forbes meminta agar UCLASS kembali ke dasar masalah yakni memecahkan persoalan rentang terbang serang. Artinya, drone ini harus memiliki kemampuan tempur tinggi. Itu yang harus jadi prioritas. Artinya pesawat harus memiliki kemampuan untuk menembus apa yang disebut pertahanan anti-access/area-denial (A2/AD) dan menyerang target.
Namun Angkatan Laut berbeda pendapat dan menginginkan UCLASS dioptimalkan untuk pengintaian jarak jauh dengan kemampuan tempur yang terbatas. “Jika saya, prioritasnya adalah kemampuan melewati pertahanan A2 / AD,” kata Forbes sebagaimana dikutip Breaking Defense.
Persyaratan yang diajukan Angkatan Laut bersikeras setidaknya daya tahan 14 jam tanpa pengisian bahan bakar, yang sangat ideal untuk patroli pengintaian panjang. Tapi untuk terbang 14 jam berarti harus membawa beban bahan bakar dengan mengorbankan beban bom dan pesawat hemat bahan bakar dengan mengorbankan siluman. ”Kita perlu melihat lagi persyaratan itu,” kata Forbes.