Jet tempur F-22 Raptor membunuh pilotnya sendiri. Pesawat ini telah mengubah suasana hati dan pikiran pilot menjadi begitu buruk bahkan Angkatan Udara Amerika harus menurunkan psikolog khusus untuk mengembalikan situasi yang dialami para pengendara jet tempur siluman itu.
Laporan resmi yang Air Combat Command pada 2012 yang didapat War is Boring melalui Freedom of Information Act menyebutkan bahwa Angkatan Udara berjuang untuk menghindari kehancuran total moral pilot pesawat ini. Sebagai langkah awal “the Air Force Safety Center melakukan survei formal untuk melihat pola pikir para pilot Raptor dan pengelola pesawat tersebut.
Dan Komandan Air Combat Command Jenderal Mike Hostage yang juga seorang pilot F-22 dalam laporan itu menjelaskan langkah-langkah darurat harus dilakukan untuk mencegah adanya pemberontakan parsial dari penyebaran dan memungkinkan akan terjadi penyalahgunaan dari sekitar 180 F-22. Pesawat paling canggih yang dimiliki Amerika.
Pada bulan Januari 2012, peneliti Angkatan Udara menemukan ada masalah psikologis serius yang dialami para pilot dan ini diakibatkan sebagian besar karena setelan pakaian pilot mereka yang tidak mampu menjaga aliran dara secara mereka melakukan manuver.
Angkatan Udara kemudian menghentikan pengunaan pakaian khusus pilot dan menggantinya dengan yang lebih baru. Hasilnya, dua tahun kemudian Raptor terjun ke medan pertama perangmereka dengan menyerang ISIS di IRak dan Suriah pada September 2014 lalu.
Secara teknis, masalah yang dialami pilot F-22 ‘adalah “hypoxia” yakni suatu keadaan dimana orang a kekurangan oksigen yang dapat menyebabkan kebingungan, waktu reaksi lambat dan bahkan kematian. Hipoksia sebenarnya masalah yang berpotensi muncul dan dialami oleh pilot dari semua jenis pesawat dengan kinerja tinggi. Tetapi Raptor sangat membahayakan karena pilot akan mengalami hampir 27 kali per 100.000 jam-penerbangan atau sedikitnya sembilan kali lebih tinggi dari jet tempur lain.
Data Angkatan Udara yang diberikan kepada Kongres menunjukkan 26,43 kasus Hipoksia yang dialami pilot F-22 dalam 100.000 jam terbang. Sementara pada F-15E hanya terjadi 2,34 kasus per 100.000 jam untuk F-15E dan 2,96 pada F-16 varian terbaru.
Next: Batuk Raptor
Batuk Raptor
Seorang janda pilot F-22 mengaku batuk yang dialami suaminya telah berkontribusi pada bunuh diri. Kondisi pilot ini kemungkinan juga telah menjadi salah satu penyebab kecelakaan yang fatal Raptor di Alaska pada tahun 2010. Selama empat bulan pada tahun 2011, Angkatan Udara menggrounded seluruh armada F-22 untuk menyelidiki kasus tersebut. Dan rekomendasi dari penyelidikan itu adalah untuk mengganti pakaian pilot yang memberi banyak tekanan. Sementara pada awal 2013, Angkatan Udara mengaku belum ada obat untuk batuk Raptor.
Hingga saat itu lebih dari 200 pilot F-22 mengalami masalah kejiwaan seperti takut, benci, memberontak dan sejenisnya. Masalah yang juga disebut dialami oleh para pilot drone. Intinya mereka tidak merasa bahagia.
Pada bulan Mei 2012, Kapten. Josh Wilson dan Mayor. Jeremy Gordon- keduanya pilot Raptor mengungkapkan ketakutannya kepadapublik. Wilson dan Gordon mengatakan dalam acara 60 Minutes bahwa sebagian besar pilot Raptor yakin mereka tidak aman atau tidak layak untuk terbang.
Dan akhirnya inilah yang menggerakan Air Combat Command dalam laporannya 2012 mengatakan. “Pada awal tahun, [kepala penyidik] Jenderal [Charles] Lyon menganjurkan kepada Jenderal Hostage [Komandan Air Combat Command Jenderal Mike Hostage] guna menggunakan psikolog kedirgantaraan dalam satuan tugas.”
Psikolog kedirgantaraan untuk membantu personil militer yang kembali dari zona pertempuran, atau misi berat, sakit kronis dan penyalahgunaan obat para pilot. Sepertinya upaya ini berhasil. Terbukti pilot F-22 akhirnya diterbangkan ke zona pertempuran sesungguhnya.
Sumber: War is Boring