Pesawat militer Prancis melakukan penerbangan pengintaian dan intelijen di atas wilayah dikendalikan ISIS di Libya dan berencana melaksanakan tugas lebih lanjut di negara Afrika utara itu.
Menurut siaran pers menjelang kunjungan Presiden Francois Hollande ke kapal induk “Charles de Gaulle” di lepas pantai Suriah, dua pengintaian dilakukan di atas kota Sirte dan Tobruk pada 20 dan 21 November.
Tugas tersebut menjadi yang pertama kali diumumkan atas gerakan di wilayah ISIS di Libya. Sirte sendiri sejauh ini dikendalikan oleh ISIS.
“Yang lain, penerbangan intelijen, pengawasan, dan pengintaian juga kami rencanakan,” kata dokumen tersebut.
Baik kementerian pertahanan maupun kantor kepresidenan segera menyiapkan tanggapan mengenai hal itu.
Sebelumnya Presiden Hollande mengatakan Prancis tidak akan campur tangan secara sepihak di Libya dan mendesak masyarakat antarbangsa mengambil tindakan guna membendung krisis di negeri itu.
“Kami bertindak untuk mencegah terorisme di selatan, namun Prancis tidak akan melakukan intervensi di Libya karena itu tugas masyarakat internasional untuk memenuhi tanggung jawabnya,” kata Hollande.
Ditanya apakah Prrancis akan mengambil tindakan dalam operasi PBB, Hollande mengatakan harus ada “mandat yang jelas”, “organisasi yang jelas” dan “kondisi politik” harus sesuai.
Presiden negara tetangga Libya, Niger, mengatakan bahwa solusi untuk krisis di Libya tidak mungkin tanpa intervensi internasional.
“Saya tidak melihat bagaimana milisi teroris bersenjata dapat menciptakan kondisi untuk rekonsiliasi antara rakyat Libya,” kata Presiden Mahamadou Issoufou.