Angkatan Udara India (IAF) akan mendapatkan sebuah pesawat Dakota DC3 untuk dimasukkan di skuadron vintage tahun depan. Pesawat itu sedang diperbaharui dengan warna khas IAF dari warna khas Inggris yang dipakai sekarang.
Selama beberapa bulan, IAF sedang memutuskan bagaimana membawa pulang pesawat hadiah dari anggota Parlemen Rajeev Chandrasekhar dan memberikan pelatihan pilot sebelum menerbangkan pesawat pada Aero-India 2017.
Ada dua pilihan. Pertama IAF akan membongkar pesawat kemudian dibawa ke India untuk dirangkgai kembali. Atau terbang langsung ke India dengan beberapa persinggahan. Jika hendak dibawa dengan pesawat maka bisa menggunakan C-17 Globemaster III.
Dakota dihidupkan dari kondisi statis oleh sebuah perusahaan Inggris Reflight Airworks yang memodifikasi IAF Harvard dan Tiger Moth. “Pesawat ini sekarang terbang untuk jangka waktu yang singkat 15-30 menit tapi perlu disertifikasi untuk penerbangan lebih lama,” kata Chandrasekhar sebagaimana dikutip Decan Herald Senin 30 November 2015.
Ayah Chanrasekar, Komodor Udara MK Chandrasekhar (RTD) adalah seorang pilot IAF, yang menerbangkan Dakota awal karirnya. “Selain makna sejarah, saya juga memiliki kenangan pribadi tentang pesawat. Jika semuanya berjalan dengan baik, pesawat ini akan terbang di langit India di 6-8 bulan ke depan, “katanya.
Membangkitkan nostalgia
Dakota membangkitkan kenangan nostalgia dalam penerbangan India. Pesawat itu digunakan untuk mengangkut pasukan di Srinagar selama perang 1947-1948.
Dekade kemudian, ia memainkan peran penting dalam pembebasan Bangladesh dan pembentukan Angkatan Udara Bangladesh. Pesawat ini digunakan untuk opeasi drop udara di Tangail yang menjadi terbesar dan paling ambisius sejak Perang Dunia II.
Tahun lalu, Dakota IAF diambil dari museum untuk Angkatan Udara Bangladesh.
DC3 adalah pesawat angkut pertama yang mendarat di ketinggian 11.500 kaki di Leh yang dipiloti Wg Cdr Mehar Singh, seorang penerbang legendaris. Pesawat transportasi digunakan di IAF dari tahun 1940 sampai 1980-an dan bahkan diterbangkan secara luas di rute sipil di Bengal Utara dan Timur Laut.
Ketika ditanya tentang biaya, Chandrasekhar, seorang pengusaha terkenal, menolak untuk menguraikan angka. Semua katanya adalah, “Itu tidak murah.” The Harvard biaya Rs 25 juta untuk IAF sementara Tiger Moth biaya biplan Rs 10 juta.
Setelah Dakota DC3 (C47), IAF memiliki rencana untuk menambah Spitfire, Hawker, Nyamuk, Lysander dan Wapiti pesawat di skuadron vintage selama 10 tahun ke depan