
Gaji besar yang ditawarkan UEA menjadi alasan para tentara itu untuk bergabung dengan UEA. Tentara-tentara tersebut menerima bayaran paling tidak US$2.000-3.000 (sekitar Rp26 juta-40 juta) setiap bulan. Selain itu mereka masih mendapatkan tambahan US$1.000 dolar AS per pekan jika mereka dikirim ke Yaman.
Angka ini sangat jauh berbeda dibanding pendapatan mereka saat masih menjadi tentara di Kolombia, yang menerima rata-rata hanya menerima US$400 dolar atau bisa mencapai delapan kali lipat.
Saat ini, setidaknya sekitar 450 tentara asal Amerika Selatan, termasuk dari Kolombia, berada di Yaman dan bergabung dengan tentara koalisi negara Arab untuk menggempur basis Pemberontak Houthi. Ratusan tentara asal Kolombia sudah bergabung dengan proyek tentara bayaran ini, sejak program ini mulai diadopsi oleh UEA pada 2010 silam.
Rata-rata perekrutan tentara bayaran itu dilakukan oleh sebuah perusahaan swasta asal Kolombia, yaitu Global Enterprises. Perusahaan tersebut disebut dimiliki oleh mantan komandan pasukan khusus Kolombia, Oscar Garcia Batte. Motivasi untuk mendapatkan gaji yang lebih baik ini diamini oleh Presiden Asosiasi Pensiunan Angkatan Bersenjata Kolombia, Jaime Ruiz. Bahkan lantaran gaji yang diterima cukup besar, sejumlah tentara asal Kolombia memilih untuk pensiun dini.
“Itu adalah tawaran yang sangat bagus, dengan gaji yang tinggi dan asuransi. Para tentara-tentara terbaik kami jelas melihat peluang tersebut. Banyak di antara mereka yang akhirnya memutuskan pensiun dini dari Angkata Bersenjata dan akhirnya pergi ke sana,” tutur Ruiz.