Apapun Hasilnya, Misi Rusia di Suriah Telah Menggebrak Lawannya

Apapun Hasilnya, Misi Rusia di Suriah Telah Menggebrak Lawannya

Rudal Kalibr saat diluncurkan dari kapal Rusia di Laut Kaspia 7 Oktober 2015
Rudal Kalibr saat diluncurkan dari kapal Rusia di Laut Kaspia 7 Oktober 2015

Tempo operasional operasi udara Rusia di Suriah cukup tinggi, dengan rata-rata 45 sorti per hari pada bulan Oktober yang dilakukan oleh total 34 pesawat sayap tetap dan 16 helikopter. Selanjutnya, laju operasi meningkat dari waktu ke waktu, naik dari sekitar 20 sorti per hari pada awal operasi menjadi sekitar 60 per hari pada puncaknya di bulan Oktober. Sejak itu sortie menurun, kemungkinan besar karena target paling mudah dan paling jelas semuanya telah dihancurkan sehingga target mulai sulit ditemukan.

Tempo operasional yang tinggi ini mengejutkan mengingat pada awal 2015 Rusia dilanda banyaknya pesawat militer mereka yang jatuh yang oleh para ahli disebut karena penuaan armada.

Tetapi Operasi di Suriah telah menyoroti kemajuan dalam integrasi antara layanan militer Rusia. Ini adalah salah satu tujuan dari reformasi militer yang dilakukan setelah kegagalan penting selama perang di Georgia. Sementara angkatan udara melaksanakan operasi tempur aktif dalam upaya ini, ia telah menunjukkan kemampuan untuk bekerja sama dengan layanan lain dan dengan pasukan asing.

Angkatan Laut Rusia, misalnya, tidak hanya memberikan sealift untuk operasi, tetapi juga bertanggung jawab untuk menyediakan pertahanan udara jarak jauh dengan S-300 yang diusung penjelajah Kelas Slava, Moskva yang menjadi andalan Armada Laut Hitam. Memiliki sistem pertahanan udara jarak jauh berbasis kapal memungkinkan Rusia memberikan pertahanan terhadap serangan potensial penerbangan Barat yang beroperasi di daerah tersebut.

Meskipun pasukan darat Rusia telah memainkan peran yang relatif terbatas dalam konflik sejauh ini, mereka penting untuk mempertahankan pangkalan udara. Lebih signifikan, angkatan udara Rusia telah menunjukkan kemampuan untuk mengkoordinasikan operasi dengan pasukan Suriah dan Iran dengan memberikan dukungan udara.

Hingga bulan September, sebagian besar analis berpendapat bahwa Rusia tidak akan mampu melakukan operasi militer jauh dari rumahnya karena militer mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengangkut personil dan peralatan dalam jumlah besar. Tetapi kenyataanya militer Rusia mampu mengangkut peralatan dan personil yang diperlukan dengan sebagian besar menggunana pesawat angkut besar dan kapal transportasi laut yang terletak di teater Eropa.

Di luar tujuan geopolitik murni, operasi Rusia di Suriah telah dirancang untuk menguji perbaikan dalam kemampuan militer Rusia yang dihasilkan dari reformasi militer yang dilakukan selama tujuh tahun terakhir. Rusia sepertinya sukses membuka mata para musuh potensial mereka untuk tidak main-main dan meremehkan Rusia. Apapun hasil dari misi di Suriah nanti, Rusia telah mampu membuat gebrakan lawan-lawannya.