Rusia: Teror Paris Bisa Mengubah Prioritas NATO dan AS

Rusia: Teror Paris Bisa Mengubah Prioritas NATO dan AS

Pesawat tempur F-15E Strike Eagle Angkatan Udara Amerika tiba di Pangkalan udara Incirlik Turki Sabtu (12/11). Pesawat yang dikirim berasal dari Fighter Squadron ke 493 yang ditempatkan di Royal Air Force Lakenheath, Inggris ini akan bergabung dengan pesawat lain yang telah ada sebelumnya untuk menyerang ISIS di Irak dan Suriah.
Pesawat tempur F-15E Strike Eagle Angkatan Udara Amerika tiba di Pangkalan udara Incirlik Turki Sabtu (12/11). Pesawat yang dikirim berasal dari Fighter Squadron ke 493 yang ditempatkan di Royal Air Force Lakenheath, Inggris ini akan bergabung dengan pesawat lain yang telah ada sebelumnya untuk menyerang ISIS di Irak dan Suriah.

Uni Eropa akan menggelar pertemuan darurat tingkat menteri pada 20 Novenber untuk merespons aksi teror di Paris. “Uni Eropa bersama Prancis untuk memerangi terorisme,” demikian pernyataan Uni Eropa.

Sebagiamana dilaporkan Reuters, Minggu 15 November 2015 pertemuan darurat itu juga merupakan permintaan dari Menteri Dalam Negeri Prancis,  Bernard Cazeneuve. Sebelumnya, Presiden Prancis Francois Hollande menuduh ISIS berada di belakang aksi teror di sejumlagh lokasi di Paris tersebut. Adapun Perdana Menteri Prancis Manuel Valls menyatakan negaranya tidak akan mengubah kebijakan di Suriah untuk menumpas ISIS dan jaringannya.

Tekanan bagi dunia untuk bersatu memerangi ISIS juga disuarakan sejumlah tokoh. Mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy meminta dibentuknya koalisi bersama untuk menyarang ISIS.

“Kami harus menghitung ulang situsai di Suriah. Kami ingin semuanya membasmi Daech [ISIS], termasuk Rusia. Tidak boleh ada dua koalisi di Suriah,” ujar Sarkozy setelah bertemu Presiden Francois Hollande.

Deputi Menteri Luar Negeri Suriah, Sergei Ryabkov, mengatakan serangan bersenjata dan bom bunuh diri di Paris bisa mengubah prioritas militer Amerika Serikat dan NATO.

“Dunia berubah setelah serangan ini. Aksi teror di Paris mungkin dapat mengubah prioritas kolega kami di Washington dan anggota NATO lainnya,” ujar dia di sela-sela pertemuan G-20 kepada jurnalis saat ditanya kemungkinan bersatunya Amerika Serikat dan Rusia

Konflik di Suriah telah menyeret dua kekuatan utama dunia, yakni Amerika Serikat dan Rusia, untuk turut serta dalam perang di negara Timur Tengah tersebut. Prancis merupakan sekuta Amerika Serikat. Sementara, baik Amerika Serikat maupun Rusia sama-sama ingin memerangi ISIS, namun dengan pendekatan dan sudut pandang berbeda untuk menyelesaikan konflik.

Dalam beberapa pekan terakhir, Rusia mengirimkan kekuatan udara untuk membantu pemerintahan Bashar Al Assad. Namun, koalisi Amerika Serikat menuduh serangan Rusia bukan ISIS, melainkan kelompok pemberontak pro-Barat. Tak hanya itu, Rusia dan koalisi yang dimpimpin Amerika Serikat juga punya sikap berbeda soal Assad. Rusia dan Iran mengingkan Assad tetap memimpin Suriah, sedangkan Amerika Serikat ingin Assad lengser. Namun kebijakan dua koalisi besar itu kemungkinan berubah pascateror terhadap Paris.