Produsen pertahanan terbesar di Eropa, BAE Systems, memperlambat produksi jet tempur Eurofighter Typhoon hingga memaksa mereka me-PHK ratusan pekerjaan di fasilitas pabrik mereka di Inggris.
Dalam pengumumannya Kamis, BAE menyebutkan program ini dibatasi untuk menjembatani kesenjangan dalam lini produksi antara 2018 hingga akhir dekade, dengan harapan BAE akan mendapatkan kontrak baru dengan Kuwait dan Arab Saudi.
“Meskipun tidak ada kepastian mengenai waktu pesanan, diskusi dengan calon pembeli Typhoon terus memunculkan harapan mereka akan menambah pemesanan pesawat di bulan depan,” kata perusahaan itu Kamis 12 November 2015.
Sumber industri mengatakan kepada Defense News perlambatan produksi akan dibagi pada tingkat perakitan dan manufaktur yang saat ini dikerjakan di fasilitas BAE di Samlesbury, Lancashire. Pejabat perusahaan mengatakan pengurangan jangka pendek adalah untuk “menjamin kelangsungan produksi dengan biaya yang tetap kompetitif dalam jangka menengah.” Sekitar 370 pekerja akan dihentikan.
Perusahaan tidak mengungkapkan rincian dari tingkat produksi saat ini atau tingkat penjualan di masa depan. Namun mereka mengatakan secara keuangan akan berdampak dengan pengurangan dari US$1,97 miliar tahun menjadi sekitar US$1,67 miliar pada tahun 2016.
BAE masih melakukan negosiasi terkait pemesanan senilai US$8 miliar untuk pembelian 28 Typhon dari Kuwait yang akan masuk produksi pada pergantian dekade. Produsen jet juga mengharapkan pemesanan dari Arab Saudi sebanyak 48 pesawat untuk menambah 72 pesawat yang sudah dibeli sebelumnya. Kesepakatan telah tertunda dan BAE berharap akan bisa selesai tahun depan yang akan memungkinkan produksi di pabrik penuh lagi setelah 2018. Pesawat Eurofighter Typhoon dibangun oleh konsorsium kontraktor pertahanan di Inggris, Jerman, Italia dan Spanyol.