Watak Siluman F-35 Makin Diragukan (Bagian I)
F-35

Watak Siluman F-35 Makin Diragukan (Bagian I)

f-35Pembengkakan biaya dan waktu molor adalah keluhan konstans yang ditujukan terhadap program F-35 Joint Strike Fighter. Sekarang, ada dimensi tambahan untuk perdebatan, yakni banyak pakar mulai meragukan apakah pesawat yang disebut-sebut paling canggih di dunia itu akan benar-benar menjelma menjadi siluman dan memiliki kemampuan perang elektronik yang dahsyat.

Dari awal perkembangannya, Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter dirancang untuk memiliki penampang rendah radar, sehingga sulit dideteksi oleh radar musuh. Sama seperti siluman pendahulunya, seperti F-117 Stealth Fighter, menggabungkan radar menyerap bahan khusus dan senjata disimpan secara internal – membantu mengurangi deteksi.

Semua ini berarti, secara teori, F-35 dapat beroperasi di wilayah udara di mana ada ancaman tinggi serangan senjata anti access/area-denial (A2/AD) seperti rudal permukaan-ke-udara rudal. Para pendukung teknologi stealth selalu mengacu pada pendahulunya yakni F-117 dan B-2 bomber yang telah terbukti keberhasilannya. Hanya satu pesawat siluman yang pernah ditembak jatuh dalam 30 tahun mereka terbang.
Tapi musuh potensial, seperti China, secara signifikan meningkatkan kemampuan A2 / AD dengan pengembangan sistem radar baru yang dapat mendeteksi pesawat siluman. Rahasia Stealth juga telah dicuri melalui spionase. Pada tahun 2010, Noshir Gowadia, salah satu pencipta dari B-2 bomber, dihukum karena memberikan informasi rahasia ke China dan negara-negara lain. Jadi tidak hanya akan negara-negara seperti China telah mengupgrade sistem radar, mereka juga akan tahu bagaimana untuk menangkap siluman tersebut.

Hal ini tentu juga menjadi kabar tidak baik bagi pesawta yang lebih lama seperti F-15, F-16 dan F / A-18 – sering ditunjuk pesawat generasi 4,5. Mereka jelas memiliki karakteristik siluman yang sangat terbtas. Tangki eksternal bahan bakar dan senjata adalah bahan yang paling mudah dideteksi radar.

Jika pesawat generasi 4,5 ini beroperasi di lingkungan yang diperebutkan di mana senjata A2 / AD dikerahkan, mereka harus didukung oleh pesawat dengan kemampuan jamming elektronik. Untuk melindungi armada F / A-18 pesawat selama misi, Angkatan Laut AS menggunakan Boeing EA-18G Growler Electronic War EW). Pesawat ini memang dilengkapi dengan segudang peralatan canggih untuk mengacaukan radar lawan.

Tetapi F-35 diyakini tak perlu pesawat pendamping. Pesawt ini telah dilengkapi dengan kemampuan EW sendiri berupa AN / APG-81 active electronically scanned array (AESA) radar system Northrop Grumman. Para pendukung F-35. Hal ini dapat memancarkan frekuensi yang dapat membingungkan dan menonaktifkan sistem anti-pesawat Rusia seperti S-400, yang menggunakan radar untuk mengunci ke pesawat musuh.
Namun demikian, beberapa tokoh di Angkatan Laut AS dan industri yang mengatakan siluman dan EW kemampuan F-35 adalah tidak cukup. Laksamana Michael Manazir, Direktur Angkatan Laut AS divisi Perang Udara Maret 2014 lalu mengatakan kepada wartawan bahwa Growler memancarkan frekuensi jamming lebih daripada F-35. Sehingga sebuah skenario operasional yang lebih realistis, katanya, tetap dibutuhkan Growler untuk mendukung misi F-35.

Ini adalah pengakuan bahwa Angkatan Laut AS tidak sepenuhnya nyaman dengan kemampuan F-35 di lingkungan A2 / AD. Sehingga Maret terungkap Angkatan Laut AS termasuk lain 22 EA-18G Growlers dalam daftar prioritas untuk didanai tahun fiskal 2015, biaya $ 2.14 miliar. Kepala Operasi Angkatan Laut Laksamana Jonathan Greenert mengatakan ia melihat kebutuhan yang berkembang untuk pesawat Growler.
Pembelian Growlers jelas dipandang aneh mengingat platform masa depan mereka cukup mengandalkan F-35. Sikap itu dinilai sebagai langkah darurat karena Amerika sendiri meragukan apakah F-35 benar-benar akan memiliki watak siluman. (bersambung)