Boeing tetap yakin dalam waktu dekat akan dapat menjual F / A-18E / F super Hornets ke Kuwait, meskipun anjloknya harga minyak mengganggu sebagian besar ekonomi negara-negara di Timur Tengah.
“Ada hal-hal yang kita tunggu dan hal-hal tersebut akan kita selesaikan. Dan kami pikir akan segera selesai segera,” kata Paul Oliver wakil presiden pengembangan bisnis internasional di Timur Tengah dan Afrika Boeing dalam menanggapi pertanyaan tentang penjualan Supr Hornet senilai dilaporkan US$3 miliar ke Kuwait.
Amerika Serikat belum mengakui secara terbuka tentang pembicaraan untuk menjual pesawat tempur Boeing ke Kuwait, namun sumber yang akrab dengan masalah ini mengatakan masalah ini sedang dalam negosiasi terkait penjualan 24 F / A-18E / F super Hornets ke negara Teluk tersebut.
Sumber yang akrab dengan masalah mengatakan kepada Reuters mereka berharap dapat menghapus hambatan regulasi sebelum akhir tahun.
Pada bulan September, Kuwait juga telah menandatangani nota kesepahaman untuk membeli 28 jet Eurofighter dibangun oleh Finmeccanica Italia, BAE Systems Inggris dan perusahaan kedirgantaraan Eropa EADS.
Pada konferensi pers pada hari Sabtu, para pejabat Boeing mengatakan mereka bekerja pada beberapa prospek ekspor tempur namun menolak untuk mengidentifikasi pembeli potensial.
Kuwait dan negara-negara Teluk dan Timur Tengah lainnya tengah mencari cara untuk mendapatkan peralatan militer teknologi tinggi guna melindungi diri dari tetangga Iran dan ancaman internal seperti pemberontakan.
Pemerintah Teluk juga mencari untuk memperluas dan mempercepat pengisian gudang senjata mereka setelah hampir satu tahun mereka melakukan misi serangan ke Yaman. Tetapi sejumlah program jangka panjang terganggu karena merosotnya harga minyak dunia. Beberapa program pembangunan bisa tertunda selama sekitar tiga tahun karena masalah ini.