Site icon

3 Rudal Pembunuh Kapal ini Akan Menjadikan US Navy Makin Berbahaya

F / A-18E Super Hornet mulai uji rudal LRASM
F / A-18E Super Hornet mulai uji rudal LRASM

Angkatan Udara Amerika Serikat atau US Navy mulai menguji rudal antikapal baru yang lebih mampu menghindari radar. Ini adalah langkah maju untuk menjadikan pesawat mereka lebih berbahaya.

Bahkan dalam beberapa tahun ke depan, Angkatan Laut akan bisa menambah tiga jenis rudal pembunuh kapal guna menambah Rudal Harpoon yang masuk layanan pada 1977 dan mulai ketinggalan zaman apalagi jika dibandingkan teknologi yang berkembang di China dan Rusia.

Pada tanggal 12 Agustus 2015 Tim Uji Angkatan Laut di Patuxent River Naval Air Station di Maryland mulai bereksperimen dengan menginstal mock up Lockheed Martin Long-Range Anti-Ship Missile, atau LRASM ke sebuah jet tempur F / A-18E Super Hornet milik Skuadron Udara Uji dan Evaluasi 23. Pengujian kelaikan rudal terhadap F / A-18E / F dijadwalkan akan dimulai akhir bulan ini.

“Pemeriksaan awal akan melihat bagaimana pemuatan yang tepat, pembongkaran dan penanganan LRASM pada F / A-18E / F,” kata Greg Oliver, asisten manajer program tes LRASM Deployment Office.

LRASM yang merupakan versi , modifikasi dari rudal jelajah Angkatan Udara AS, memulai dikembangkan pada tahun 2009 sebagai sebuah proyek penelitian di bawah naungan Defense Advanced Research Projects Agency.

Rudal dengan panjang 14 kaki dan berat sekitar satu ton ini bisa terbang lebih dari 200 mil atau 2-3 kali jangkauan Harpoon. Dengan bimbingan GPS dibantu inersia, pencari inframerah dan hulu ledak 1.000-pon, LRASM dengan harga sekitar US$ 2 juta per rudal dirancang untuk diluncurkan dari luar jangkauan senjata kapal yang menjadi targetnya.

Pada tahun 2014, Angkatan Laut telah membuat keputusan bahwa LRASM dinyatakan cukup baik untuk penggunaan terbatas dan memerintahkan ke dalam produksi skala kecil sebagai pengganti mendesak rudal Harpoon. Armada harus menerima salinan pertama untuk penggunaan operasional di tahun 2019.

Next: Tomahawak dan SM-6

[youtube id=”45&v=Jgv5ixxgTsQ” width=”600″ height=”340″ position=”left”]

Selain itu Angkatan Laut juga sedang mempertimbangkan pilihan lain untuk rudal antikapal masa depan. Pada bulan Januari 2015, Angkatan Laut memodifikasi salah satu rudal Tomahawk Blok IV yang sesungguhnya merupakan rudal untuk target darat dengan sistem komunikasi sistem penargetan baru guna memukul target bergerak.

Uji pada Januari membuktikan bahwa, dengan beberapa pengerjaan ulang, Tomahawk yang dibangun Raytheon ternyata mampu memenuhi standar Angkatan Laut. Rudal dengan rentang tidak kurang dari seribu mil juga dapat berfungsi sebagai senjata pembunuh kapal jarak jauh.

Angkatan Laut memiliki ribuan Tomahawk di persediaan. Rudal jelajah dapat diluncurkan oleh kapal selam, kapal permukaan dan pembom berat Angkatan Udara.

Wakil Sekretaris Departemen Pertahanan Robert Work disebut uji Januari mengatakan bahwa rudal Tomahawk yang dimodifikasi ini akan menjadi sebuah “game-changer. “Tomahawk memang kurang tersembunyi dari LRASM tetapi senjata ini setengah lebih murah dan tampaknya dapat terbang lebih jauh.”

Wakil Adm. Joseph Aucoin, Wakil Komandan Operasi Angkatan Laut, sebagaimana dikutip Breaking Defense menyebutkan bahwa Angkatan Laut harus mempertimbangkan persaingan antara LRASM dengan Tomahawk modifikasi untuk menentukan pilihan yang paling tepat.

Pada saat yang sama, Breaking Defense melaporkan Angkatan Laut juga mengisyaratkan juga tengah mempersiapkan rudal permukaan ke udara SM-6 untuk dipasang di kapal perang mereka yang memungkinkan rudal pencegat teknologi tinggi ini juga menyerang kapal  musuh meski biaya rudal ini lebih mahal yakni US4 juta untuk satu bijinya.

Tiga rudal anti kapal ini akan menjawab masalah yang dihadapi Angkatan Laut akhir-akhir ini yang masih mengandalkan Rudal Harpoon yang sudah usang. Instalasi ketiga rudal baru ini dipastikan akan menjadikan Angkatan Laut Amerika semakin berbahaya.

 

Exit mobile version