[youtube id=”45&v=Jgv5ixxgTsQ” width=”600″ height=”340″ position=”left”]
Selain itu Angkatan Laut juga sedang mempertimbangkan pilihan lain untuk rudal antikapal masa depan. Pada bulan Januari 2015, Angkatan Laut memodifikasi salah satu rudal Tomahawk Blok IV yang sesungguhnya merupakan rudal untuk target darat dengan sistem komunikasi sistem penargetan baru guna memukul target bergerak.
Uji pada Januari membuktikan bahwa, dengan beberapa pengerjaan ulang, Tomahawk yang dibangun Raytheon ternyata mampu memenuhi standar Angkatan Laut. Rudal dengan rentang tidak kurang dari seribu mil juga dapat berfungsi sebagai senjata pembunuh kapal jarak jauh.
Angkatan Laut memiliki ribuan Tomahawk di persediaan. Rudal jelajah dapat diluncurkan oleh kapal selam, kapal permukaan dan pembom berat Angkatan Udara.
Wakil Sekretaris Departemen Pertahanan Robert Work disebut uji Januari mengatakan bahwa rudal Tomahawk yang dimodifikasi ini akan menjadi sebuah “game-changer. “Tomahawk memang kurang tersembunyi dari LRASM tetapi senjata ini setengah lebih murah dan tampaknya dapat terbang lebih jauh.”
Wakil Adm. Joseph Aucoin, Wakil Komandan Operasi Angkatan Laut, sebagaimana dikutip Breaking Defense menyebutkan bahwa Angkatan Laut harus mempertimbangkan persaingan antara LRASM dengan Tomahawk modifikasi untuk menentukan pilihan yang paling tepat.
Pada saat yang sama, Breaking Defense melaporkan Angkatan Laut juga mengisyaratkan juga tengah mempersiapkan rudal permukaan ke udara SM-6 untuk dipasang di kapal perang mereka yang memungkinkan rudal pencegat teknologi tinggi ini juga menyerang kapal musuh meski biaya rudal ini lebih mahal yakni US4 juta untuk satu bijinya.
Tiga rudal anti kapal ini akan menjawab masalah yang dihadapi Angkatan Laut akhir-akhir ini yang masih mengandalkan Rudal Harpoon yang sudah usang. Instalasi ketiga rudal baru ini dipastikan akan menjadikan Angkatan Laut Amerika semakin berbahaya.