Afghanistan ternyata hanya memiliki satu teknisi penerbangan yang memiliki kualifikasi untuk untuk mengoperasikan pesawat angkut C-130. Akibatnya dia harus bekerja 14 jam sehari untuk misi mengangkut bala bantuan dan amunisi untuk pasukan yang melawan Taliban.
Ketika ia bisa kembali ke rumahnya di Kabul, ia mengatakan keluarganya bisa melihat ketegangan dan kelelahan di wajahnya. “Setiap kali aku pulang, aku hanya ingin makan malam dan pergi tidur,” kata insinyur, yang namanya dirahasiakan karena alasan keamanan. “Makan, berdoa, tidur, itu saja. Karena besok adalah misi berikutnya.”
Dia adalah satu-satunya insinyur Afghanistan memenuhi syarat untuk mengontrol sistem C-130 Hercules selama hampir dua tahun terakhir yang mencerminkan betapa lambatnya pembangunan sumber daya manusia di negara tersebut.
Padahal dibutuhkan 4-6 personel untuk menerbangkan pesawat angkut berat ini. Akibatnya tidak setiap permintaan pasukan dan peralatan dapat dipenuhi. Meski beberapa insinyur yang sedang dilatih diikutian untuk meringankan kekurangan tersebut.
“Kami mengelola untuk memindahkan pasukan sekitar, tapi kami tidak bisa melakukan semua yang diminta,” kata Wing Commander Kabul Angkatan Udara Afghanistan Saeed Suliman Shah sebagaimana dikutip Reuters Kamis 5 November 2015.
Angkatan Udara Afghanistan memiliki empat C-130 yang digunakan untuk berbagai keperluan dari misi angkut pasukan hingga VIP. Ada juga pesawat yang jauh lebih kecil seperti Cessna C-208 dan helikopter Mi-17 yang juga membantu.
Shah memperkirakan bahwa angkatan udara memenuhi 60 sampai 70 persen dari permintaan transportasi Kementerian Pertahanan.
“Kita membutuhkan pesawat besar di setiap provinsi, tapi kami tidak mampu memindahkan mereka keluar dari Kabul,” katanya. “Ini adalah negara yang besar.”
Angkatan Udara Afghanistan nyaris dibangun lagi dari awal setelah Taliban digulingkan pada tahun 2001. Saat ini terdapat sekitar 7.000 staf dan 90 pesawat yang mereka miliki.
Jumlah sorti angkatan udara meningkat secara signifikan tahun ini setelah penarikan pasukan asing pada 2014.
Jenderal John Campbell, komandan AS dan NATO di Afghanistan, baru-baru ini mengatakan kekuatan Barat telah lambat untuk membangun angkatan udara Afghanistan.