
Kampanye udara Rusia di Suriah telah menunjukkan bahwa Voyenno-Vozdushnye Sily telah membuat langkah besar menuju pemulihan kekuatan sejak kemunduran besar yang dialami mulai pertengahan 1990-an. Namun banyaknya senjata baru yang diterima juga akan menjadi masalah bagi Angkatan Udara Rusia. Jika tidak melakukan evaluasi terhadap program dan pembelian pesawat, maka akan ada tantangan besar yang dihadapi pada masa yang akan datang.
Alih-alih melakukan standardisasi pada dua atau tiga pesawat, Rusia membeli campuran banyak pesawat termasuk Sukhoi Su-30M2, Su-30SM, Su-35S dan Su-34 Fullback. Selain empat jenis tersebut, Rusia juga telah telah memesan MiG-29SMT yang merupakan Fulcrum terbaru dan MiG-35 Fulcrum-F. Rusia juga berencana membeli pembom Tu-160m2 Blackjack yang akan kembali diproduksi.
Sementara itu, Angkatan Laut Rusia berharap untuk membeli 20 MiG-29K Fulcrum untuk menggantikan Su-33K Flanker. Pesawat yang didasarkan pada Su-30 dan sudah cukup tua.
Keputusan Rusia ini tidak lepas untuk menjaga industri pertahanan mereka tetap berjalan. Tetapi juga akan mempersulit logistik Rusia. Karena saat pesawat mereka didasarkan pada dua jenis airframes yang tidak memiliki banyak kesamaan.
Selain itu, Rusia telah memulai beberapa proyek pesawat tempur generasi yang berbeda termasuk Sukhoi T-50 PAK-FA, pembom Tupolev PAK-DA, interceptor PAK-PD, transportasi PAK-TA dan bahkan pesawat tempur ringan untuk menggantikan MiG-29.
Singkatnya, program modernisasi Rusia akan menjadi sangat ambisius. Apalagi di tengah ekonomi negara itu yang tengah sulit karena sanksi Eropa.
Tidak jelas bagaimana pemerintah Rusia berharap untuk membayar pengembangan begitu banyak pesawat yang berbeda pada waktu yang sama. Juga tidak jelas bahwa ia memiliki kemampuan teknis atau industri untuk melakukannya. Memang, ada indikasi bahwa -PAK-DA telah ditunda sampai 2023.