
India telah mengisyaratkan niatnya untuk menyerang sasaran musuh dengan menghancurkan kekuatan di awal konflik. Pada bulan September 2010 India membentuk Strategic Forces Command (SFC) dan mengajukan proposal kepada Departemen Pertahanan untuk menyiapkan dua skuadron pesawat khusus yang terdiri dari 40 jet tempur dominasi udara Su-30MKI. Tugas ini sebagai angaktan udara mini yang mampu membawa senajta nuklir.
Rencana makin jelas pada bulan Oktober 2012 ketika Komite Keamanan memberi lampu hijau program untuk melaksanakan modifikasi struktural dan perangkat lunak pada 42 Su-30MKI dan memperoleh 216 rudal udara BrahMos. Sampai saat itu, BrahMos yang merupakan produk dari perusahaan patungan India-Rusia secara eksklusif digunakan oleh Angkatan Laut dan tidak memiliki kemampuan diluncurkan dari pesawat.
Pada Maret 2015 SFC menerima yang pertama ini 42 Sukhoi yang dilengkapi dengan BrahMos supersonik veri udara. Ini adalah pertama kalinya SFC memiliki kemampuan melesatkan senjata nuklir dari pesawat tempur.
Saat ini, sistem nuklir India didasarkan pada sistem rudal balistik darat seperti Agni dan Prithvi ditambah Mirage 2000, Su-30 MKI dan Jaguar pesawat pembom tempur. Elemen terakhir dari tiga serangkai nuklir, rudal kapal selam, masih sedang diuji.
Su-30 dan BrahMos keduanya adalah senjata mematikan. Dan ketika keduanya bergabung maka akan menjadi kekuatan destruktif yang sulit untuk dilawan.
BrahMos memiliki kecepatan 3000 km per detik – secara harfiah lebih cepat dari peluru. Dalam tes, BrahMos dengan kekuatan kinetiknya saja sering memotong kapal perang menjadi dua dan menjadikan target darat porak-poranda. Ditambah dengan kecepatan Sukhoi akan menambah momentum peluncuran ekstra untuk rudal, ditambah kemampuan pesawat untuk menembus pertahanan udara lawan berarti ada kesempatan yang lebih besar bagi pilot untuk mengirimkan rudal ke target.