Bagaimana Peluang Front Kedua Rusia di Irak?

Bagaimana Peluang Front Kedua Rusia di Irak?

rusia suriah9Namun, kelas politik di Irak tak satu suara, terdapat banyak kelompok dan klan yang menentang untuk mengundang Rusia, dan jika hal itu terjadi mungkin akan memicu kekacauan yang fundamental.

“Masalahnya adalah tak ada lagi negara yang terpadu. Terdapat wilayah yang dikontrol oleh Kurdi, wilayah yang dikendalikan oleh Syiah, area yang didominasi Sunni, dan wilayah yang dikendalikan teroris. Negara Irak yang seperti sepuluh hingga 15 tahun lalu tak lagi ada.”

“Jika PM Irak dan pemerintahnya mengundang Rusia, saya yakin Kremlin akan mempertimbangkan semua opsi, dan apakah kita dapat memengaruhi jalannya peristiwa di Irak. Jika Putin memutuskan ini adalah tindakan yang beralasan, ini akan terealisasi. Jika tidak, ini tak akan terjadi. Kita harus meninggalkannya untuk Amerika dan sekutu mereka.”

“Hal yang paling menarik saat ini adalah: jika koalisi yang dipimpin AS sukses, tak perlu sepenuhnya namun setidaknya sedikit saja, mengapa PM Irak mendiskusikan opsi untuk mengundang Rusia memerangi ISIS di Irak?”

Ini semua terdengar memungkinkan jika bukan untuk permusuhan internal dan perbedaan kepentingan serta opini dalam kelas politik dan masyarakat Irak sendiri. Profesor Studi Oriental di Russian State University for Humanities Grigory Kosach, mengklarifikasi pada Troika Report bahwa pihak yang berkuasa menentang ide tersebut:

“Kurdi Irak, begitu pula ulama Sunni dan para tokoh terkemuka, menganggap hal ini akan merugikan kepentingan nasional mereka. Jika PM Haider al-Abadi mempertimbangkan langkah tersebut, ia perlu mendapat persetujuan dari semua pemangku kepentingan. Namun, jika ia bertindak sendiri, itu akan dianggap sebagai keputusan unilateral dan akan memicu destabilisasi politik,” kata Kosach.

Dilaporkan, saat menyerang target ISIS jet tempur Irak sudah menggunakan petunjuk data intelijen yang disediakan Rusia melalui pusat koordinasi Baghdad yang dibangun oleh Moskow, Teheran, dan Damaskus.

Namun, menilai dari pernyataan Menlu Rusia Sergey Lavrov, Moskow membatasi keterlibatannya di front Suriah. Sepertinya, ini berjalan sejauh yang diharapkan, setidaknya untuk saat ini. Rusia merentangkan garis batas untuk dirinya sendiri, menyisakan Irak dan tugas membersihkan para teroris untuk anggota koalisi informal anti-ISIS lainnya yang dipimpin Rusia.

 

Sumber: RBTH