Sang penulis juga mengutip Mohammed Hussain Hakim, ulama Syiah terkemuka, yang menyebutkan bahwa Isis menginginkan keterlibatan praktis yang efektif melawan ISIS. “Ini bukan sekadar tentang intervensi militer Rusia,” katanya.
Pendapat sang jenderal di kalangan mayoritas Syiah tercermin dalam kiriman Facebook dengan gambar yang diedit dengan Photoshop, menampilkan Presiden Putin mengenakan jubah syekh adat selatan dan pernyataan yang dibuat oelh pejabat terkemuka. Hakim al-Zamili, kepala Komite Pertahanan dan Keamanan Parlemen Iran, menyebutkan bahwa permintaan resmi dapat dikirim ke Moskow dengan undangan untuk meluncurkan serangan udara terhadap ISIS di wilayah Irak.
Selain itu, al-Zamili juga berpendapat koalisi anti-ISIS yang dipimpin Rusia suatu hari akan menggantikan koalisi yang dipimpin AS.
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi lebih menahan diri, namun ia menyampaikan dalam program PBS NewsHour, “Ada orang-orang berbahaya di dalam Irak, jadi saya pikir kehadiran Rusia akan membantu kami.”
Para pakar memiliki prediksi yang berbeda-beda mengenai kemungkinan Rusia memperluas operasi militernya di wilayah tersebut dan mulai kampanye melawan ISIS di Irak. Apakah ini benar-benar mungkin? Yevgeny Satanovsky, Presiden Institute of Middle East Studies yang berbasis di Moskow, menyampaikan pada Troika Report:
“ISIS menguasa hampir separuh wilayah Suriah dan 40 persen wilayah Irak. [Rusia dapat terlibat]… jika pemerintah Irak meminta pemerintah Rusia untuk membebaskan wilayah mereka, dan jika pemimpin politik dan militer Rusia mau memenuhi permintaan tersebut.”