
China mengaku sedang berupaya untuk menenangkan ketegangan di Laut China Selatan dan akan menghindari penggunaan kekuatan di wilayah tersebut. Tetapi Beijing menuding justru Amerika mencari perkara dengan akan mengirimkan kapal perang ke wilayah yang disengketakan.
Berbicara di forum pertahanan regional Xiangshan di Beijing, Fan Changlong, wakil ketua Komisi Militer Pusat China menegaskan pihaknya tidak pernah sembarangan untuk penggunaan kekuatan, bahkan pada isu-isu kedaulatan”.
“Kami telah melakukan yang terbaik untuk menghindari konflik yang tak terduga,” tambahnya sebagaimana dikutip Kantor Berita Xinhua Minggu 18 Oktober 2015.
Tapi Amerika Serikat justru melakukan tindakan yang dinilai Fan sebagai ‘upaya provokatif’ dengan akan melakukan pelanggaran kedaulatan China di Laut China Selatan yang akan mengganggu perdamaian dan stabilitas regional dan militasisasi perairan.
Angkatan Laut AS diduga mempersiapkan untuk melakukan operasi ‘kebebasan navigasi’ dengan mengirimkan kapal perang dalam jarak 12 mil laut dari pulau yang diklaim China di Laut China Selatan. Operasi AS dapat terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Menlu AS Pertahanan Ashton Carter bulan lalu mengatakan Amerika Serikat “akan terbang, berlayar dan beroperasi di manapun hukum internasional memungkinkan, seperti yang kita lakukan di seluruh dunia.”
Mengenai seperti pernyataan provokatif tersebut media China menulis, “Janganlah kita lupa bahwa pada bulan Oktober 1962, ketika Uni Soviet sedang membangun situs rudal di Kuba – bahkan tidak di tanah AS, Presiden AS Kennedy menegaskan dalam pidato televisi bahwa Amerika Serikat tidak akan ‘mentolerir keberadaan situs rudal di tempat itu.’ ”
“Apa yang membuat Amerika Serikat berpikir China harus dan akan mentolerir ketika kapal AS menembus wilayah China di Laut China Selatan?” tulis Xinhua. China tidak akan bertahan jika ada provokasi militer atau pelanggaran kedaulatan dari Amerika Serikat atau negara lain.
Selama beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat telah sering mengadakan latihan militer skala besar dengan sekutunya di Laut China Selatan untuk unjuk kekuatan.