Site icon

Typhoon Didera Masalah, Kini Soal Tangki dan Radar

Eurofighter Typhoon Jerman
Eurofighter Typhoon Jerman

Angatan Udara Jerman menemukan masalah lain dengan pesawat tempur Eurofighter Typhoon mereka. Masalah ini muncul sehari setelah mereka memutuskan untuk menangguhkan pengiriman pesawat karena masalah cacat teknis.

Seorang juru bicara militer mengatakan tangki bahan bakar eksternal salah satu jet jatuh saat sedang persiapan untuk lepas landas minggu lalu. “Penyelidikan sedang berlangsung,” juru bicara, Roman Ladenko, kepada AFP, mengkonfirmasi sebuah laporan di harian Sueddeutsche Zeitung.

Menyusul insiden yang terjadi di sebuah pangkalan udara di Estonia tersebut, Jerman memutuskan untuk tidak menerbangkan Eurofighters kecuali dengan tidak menggunakan tangki eksternal.

“Tetapi masalahnya tanpa tangki eksternal pesawat tempur kita tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk terbang di atas Laut Baltik,” kata Ladenko Rabu 14 Oktober 2015.

Sehari sebelumnya atau, Selasa Jerman menyatakan menghentikan pengiriman Eurofighter karena kesalahan teknis di dalam pesawat. Konsorsium Eurofighter, Rabu mengatakan kepada AFP bahwa memang ada “ketidaksesuaian” antara empat lubang bor di bagian belakang pesawat. Namun demikian, juru bicara kelompok itu Theodor Benien mengatakan masalah itu “tidak mempengaruhi keselamatan pesawat dikirim ke pelanggan kami”.

Next: Problem Radar

Eurofighter Typhoon adalah program pertahanan kolaboratif terbesar di Eropa – antara Finmeccanica Italia , BAE Systems Inggris dan kelompok kedirgantaraan Eropa Airbus.

Masalah yang muncul memungkinkan para pesaingnya  sepeti Boeing F-18 Super Hornet dan Dassault Rafale Prancis bisa mencuri peluang yang telah dibangun Typhoon.

Masalah lain yang dihadapi konsorsium Eropa tersebut menurut surat kabar Die Welt Rabu adalah bahwa rencana kelompok untuk mengembangkan radar baru pesawat menghadapi keterlambatan beberapa bulan.

Rencana untuk radar baru diumumkan secara pada bulan November 2014, tetapi sudah lima bulan terlambat dengan anggaran lebih dari sekitar 80 juta euro. Menteri Pertahanan Jerman, Ursula von der Leyen, menolak berkomentar atas laporan tersebut.

Exit mobile version