Selama pengujian musim panas ini dengan helm Gen III, penguji menemukan peningkatan risiko cedera ketika seorang pilot dengan berat tubuh ringan keluar pada kecepatan rendah. Penguji menemukan ejeksi membuat kerusakan pada leher boneka tes, menurut sumber yang mengetahui program tersebut. Tetapi masalah ini tidak terjadi selama tes menggunakan helm Generasi II yang sedikit lebih ringan.
Sampai perbaikan permanen ditemukan, layanan militer AS telah melarang pilot berat kurang dari 136 pons atau sekitar 68kg terbang.
Perbedaan fisik utama antara helm adalah bahwa sistem Gen III beratnya 5,1 pon atau sekitar enam ons lebih berat dibanding helm Gen II, menurut sumber itu. Kenaikan berat badan ini terutama disebabkan perbaikan kamera night-vision, termasuk sensor yang lebih baik untuk memperbaiki masalah dengan resolusi dan sensitivitas sistem yang ada pada generasi II.
DellaVedova menekankan bahwa berat helm bukan faktor untuk melarang pilot ringan terbang, “Itu adalah masalah kursi ejeksi ditemukan selama fase pembukaan parasut dan tidak terkait dengan perbedaan antara helm Gen II dan Gen III,” kata DellaVedova.
Tinjuan untuk desain awal pada helm Generasi III dijadwalkan baru akan dilakukan pada Desember, kata DellaVedova. Ide untuk mengurangi berat badan helm termasuk pengurangan bahan strapping internal serta menghilangkan sebuah visor eksternal sehingga helm generasi III akan seberat sekitar 4,67 pon.
Selain merancang helm lebih ringan, JPO melihat ke dua perbaikan lain untuk mengurangi potensi peningkatan risiko cedera leher, kata DellaVedova. Salah satunya bekerja pada instalasi saklar di kursi pilot ringan yang akan menunda penyebaran parasut utama.