
Angkatan Udara Rusia telah melakukan debut serangan ke sejumlah target di Suriah. Serangan dilakukan setelah satu tahun lebih ratusan jet tempur koalisi pimpinan Amerika menggelar kampanye udara untuk menggempur kekuatan kelompok garis keras tersebut. Tetapi sejauh ini kekuatan ISIS tak juga surut.
Dalam misi ini Rusia hanya mengirimkan 32 pesawat tempurnya. Sebanyak 12 Su-25, 12 Su-24, 4 Su-30SM dan 4 Su-34 Rusia telah didorong ke pangkalan Al Assad di Latakia dekat Damaskud. Dengan jumlah pesawat yang tidak sebanding dengan yang dikerahkan koalisi, wajar jika ada pertanyaan apakah dengan jumlah itu Rusia akan mampu membuat perbedaan?
“Hal ini menunjukkan kekuatan dan mereka [Rusia] menghadapi masalah ini,” kata seorang pejabat Angkatan Udara Amerika sebagaimana dikutip Dave Majumdar, editor pertahanan National Interest dalam artikelnya Kamis 1 Oktober 2015.
Serangan udara awal yang digelar Rusia sepertinya lebih cenderung dilakukan pada kelompok pemberontak anti-Assad daripada ISIS. Tetapi tidak jelas apakah kelompok pemberontak yang diserang ini adalah mereka yang telah mendaptakan latihan dan bantuan dari Amerika. Tetapi apapun itu serangan ini menunjukkan bahwa langkah pertama yang dilakukan Putin adalah bagaimana menjadikan rezim Assad lebih kokoh terlebih dahulu dengan menggempur salah satu kekuatan yang mengepungnya.
Padahal staf Kremlin Sergey Ivanov mengatakan Itar-Tass pada 30 September kampanye Rusia semata-mata ditujukan untuk melawan ISIS “Tujuan operasi militer ini adalah untuk dukungan udara bagi tentara Suriah dalam melawan ISIS,” kata Ivanov.