Keputusan Irak menandatangani kesepakatan berbagi data intelijen dengan Suriah, Iran dan Rusia membuat sewot Pentagon. Mereka khawatir Irak akan memberikan informasi mengenai angkatan bersenjata Amerika Serikat ke negara-negara tersebut.
“Kita terkejut bahwa Irak menandatangani perjanjian ini dengan Suriah, Iran dan Rusia. Jelas, kami tidak akan berbagi intelijen dengan baik Suriah, atau Rusia, atau Iran,” kata Wakil Menteri Pertahanan Bob Work dalam dengar pendapat dengan Komite Angkatan Bersenjata Senat, Selasa 29 September 2015 waktu setempat.
“Kita sedang dalam upaya untuk mencari tahu secara persis apa yang dikatakan Irak,” kata Work. Dia menegaskan AS tidak bersedia untuk berbagi data intelijen yang akan membantu Iran, Suriah dan Rusia, meskipun ketiga negara ini dalam tujuan yang sama yakni ingin melawan ISIS.
“Tentu saja kita tidak akan memberikan informasi rahasia apapun yang akan membantu mereka menjadi aktor di medan perang,” kata Work, menanggapi pertanyaan dari Senator Republik Joni Ernst sebagaimana dikutip Ria Novosti Rabu 30 September 2015.
Direktur Intelijen Nasional James Clapper diminta oleh Senator Ernst tentang implikasi dari pembagian informasi dan juga implikasi yang lebih luas dari munculnya kekuatan Rusia di Timur Tengah.
lapper dengan sinis menggambarkan alasan pengiriman kekuatan Rusia ke Suriah adalah semata-mata untuk menopang Presiden Suriah Bashar Assad dan tidak ingin memerangi ISIS. “Mereka ingin menopang Assad dan, saya pikir, motivasi terlambat jika mereka akan bertempur melawan ISIS,” kata Clapper.
Clapper mengatakan bahwa dalam forum itu bahwa dia belum mendapat detil tentang kesepakatan Irak berbagi data intelijen ke tiga negara yang memiliki hubungan tidak baik dengan Amerika tersebut.
Senator Ernst menyimpulkan dengan menyatakan “Saya sangat khawatir bahwa kita telah telah turun tahta dalam hal peran kita di Timur Tengah, dan dalam banyak bidang lain, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.”
“Hal ini menjadi perhatian serius bagi kita semua, dan saya pikir kami harus bekerja lebih keras dalam hal ini.”
Pada hari Senin Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidatonya di Majelis Umum PBB menegaskan motivasi Rusia memberikan bantuan militer dan teknologi ke Irak, Suriah dan negara-negara lain di wilayah tersebut adalah untuk digunakan melawan ISIS dan kelompok garis keras lainnya.
“Kami percaya akan menjadi kesalahan besar jika menolak kerjasama dengan pemerintah Suriah untuk melawan ISIS.” katanya.