Shilka, Setengah Abad Mengawal Angkasa

Shilka, Setengah Abad Mengawal Angkasa

Shilka ZRK-23-4

ZRK-23-4 2Shilka ZRK-23-4 lebih unggul, meski memiliki beberapa kelemahan. Kaliber amunisi yang digunakan Yenisei terbilang langka bagi pasukan Sovie , dan dengan bobot 28 ton, kedua senjata harus diangkut oleh tank. Faktor lain yang membuat Uni Soviet lebih memilih Shilka adalah efisiensi dalam menyerang target berketinggian rendah dan berjarak dekat.

ZRK-23-4 mulai digunakan pada 1962, lima tahun sebelum AS menggunakan Vulcan, dan merupakan ‘revolusi yang sesungguhnya’, demikian dituliskan Kolonel Purnawirawan Anatoly Dyakov dalam memoarnya. “Para tentara sekarang ini hanya menerima senjata yang diberikan tersebut begitu saja, sementara pada tahun 1960-an hal itu merupakan puncak dari revolusi senjata.”

Dengan kemampuan menembak empat ribu amunisi dalam satu menit, Shilka dapat menghantam target udara yang terbang dengan kecepatan 450 meter per detik dengan jarak 2.500 meter atu dua ribu meter secara vertikal.

Senapan Shilka dapat dilihat secara visual atau menggunakan radar, yang otomatis melacak target dan memasok data bagi komputer untuk menyusun koordinat target tembakan. Sudut kemiringan senapan juga diatur untuk memperkirakan perubahan yang dilakukan kendaraan saat bergerak.

Namun, perangkat radar tersebut hanya menjangkau jarak pendek, yakni enam hingga 12 mil, bergantung pada kondisi cuaca. Kelemahan tersebut baru diketahui dalam perang Arab-Israel pada 1960-an dan 1973. Namun, meski kru Suriah yang tak terlatih kerap melacak senjata secara visual, Shilka tetap berjasa menjatuhkan 16 dari 117 pesawat yang ditembak oleh pasukan pertahanan udara Suriah pada 1973-1974.

Meski sudah terbilang usang pada tahun 1990, Shilka berhasil melumpuhkan beberapa pesawat koalisi Barat pada Perang Teluk I dengan mendesak pilot bertindak hati-hati di ketinggian rendah dan membuat kesalahan.

Next: Untuk Perang Darat