
F-35 Joint Strike Fighter dijadwalkan akan menjadi armada tempur andalan Amerika di masa depan. Seluruh pesawat mereka akan diisi oleh generasi siluman ini. Dan tidak semua negara akan mampu mengisi armadanya dengan seluruhnya pesawat siluman karena harganya yang selangit.
Tidak juga dengan China dan Rusia. Meski dua negara ini juga mengembangkan pesawat generasi kelima, tetapi sepertinya mereka tidak akan menggisi seluruh lini dengan pesawat ini setidaknya dalam beberapa dekade mendatang.
Baik China ataupun Rusia akan mengandalkan turunan Su-27 Flanker sebagai kekuatan tempur utama mereka. Dan yang ditunjuk untuk menjadi ujung depan garis pertempuran kemungkinan Su-35, varian paling canggih dari Flanker. Dalam tahun-tahun mendatang, pesawat yang disebut dengan Flanker-E kemungkinan akan berkembang biak di seluruh dunia.
Hal inilah yang memungkinkan Su-35 pada suatu saat akan bertemu dengan F-35 di medan pertempuran. Lalu bagaimana jika keduanya bertempur? Siapa yang akan unggul?
Dave Majumdar, analis militer dalam artikelnya di National Interest Rabu 16 September 2015 menulis jika misal kelompok F-35 yang terdiri dari empat pesawat bertemu dengan empat pesawat Su-35 maka Lighting II kemungkinan besar akan memilih untuk menghindar. Mereka akan memanggil F-22 Raptor atau F-15C untuk datang mengadang Flanker-E untuk menciptakan jalur aman hingga dia bisa leluasa menuju target darat yang dituju.
Tetapi itu strategi yang ada di atas meja. Sejarah menunjukkan bahwa banyak rencana yang macet di tengah pertempuran nyata. Termasuk bagaimana menggerakkan Raptor Atau Strike Eagle untuk melesat mengadang Flanker-E. Hingga mau tidak mau Lighting II akan head to head dengn Su-35
Jika F-35 harus menjalankan misi sendiri maka pesawat ini tidak boleh sedikitpun lepas dari formasi siluman mereka. Hal ini untuk menghindari kemungkinan mereka terdeteksi dengan cepat oleh Su-35. Ini menjadi kartu penting bagi F-35 untuk melawan jet tempur Rusia tersebut.
Pilot F-35 harus terus menggunakan sifat siluman mereka dan sensor serta taktik yang cerdas untuk menjaga jarak pertempuran tetap jauh. Tidak seperti Raptor, yang dirancang dari awal sebagai pembunuh di pertempuran udara Raptor menggabungkan kekuatan siluman dengan kemampuan terbang tinggi dan kecepatan yang mampu mencapai Mach 1,8. Jauh di atas F-35 yang sulit untuk mencapai titik Mach 1,6 di afterburner penuh. F-22 juga dilahirkan dengan karakter manuver yang baik yang menjadi andalan utama ketika mereka menghadapi pertempuran jarak pendek atau dogfights.
Next: Kemampuan Pilot dan Keberuntungan
Kemampuan Pilot dan Keberuntungan
Kemampuan Raptor yang bisa terbang jelajah pada kecepatan supersonik tinggi di di atas 50.000 kaki secara efektif menjadikan pesawat dapat memilih kapan dan di mana untuk melawan. Sementara penerbangan lambat dan lebih rendah pada F-35 menjadikan pesawat ini dipaksa untuk bereaksi terhadap pesawat musuh yang memiliki performa lebih baik.
Selain itu, F-35 tidak memiliki kecepatan atau ketinggian untuk memberikan energi peluncuran rudal udara ke udara AIM-120 seperti halnya Raptor, yang berarti rudal akan memiliki jangkauan kurang jauh bila ditembakkan dari JSF. F-35 juga tidak dapat membawa banyak rudal udar ake udara yang merupakan masalah mengingat bahwa jammers memori frekuensi radio digital dapat mendatangkan malapetaka dengan sistem bimbingan AMRAAM ini.
Dengan kemampuan ini, maka hanya ada dua harapan F-35 selamat dari Su-35 atau bahkan pesawat lain seperti F-16 atau F/A-18 yakni keterampilan pilpt dan keberuntungan. Faktanya adalah bahwa F-35 dalam konfigurasi siluman hanya dipersenjatai dengan senjata internal yang tidak mampu membaw rudal high off-boresight AIM-9X. Jika AIM-9X harus diintegrasikan ke dalam teluk senjata, berarti sebuah AIM-120 harus dihilangkan.
Kesimpulannya seorang pilot F-35 memang harus menghindari pertemuan jarak pendek. Hal ini yang menjadikan sangat tidak mungkin bahwa US Joint Air Force Commander Component (JFACC) akan menetapkan misi superioritas udara untuk unit F-35 jika ada alternatif lain. Tetapi mengingat armada kecil Raptor dan berkurangnya armada F-15C, adalah mungkin bahwa JFACC bisa dipaksa menggunakan F-35 sebagai aset superioritas udara. Namun itu berarti memberikan mimpi buruk kepada pilot Amerika karena secara nyata F-35 memang lemah untuk misi semacam itu.