Pada awal 1960-an, Angkatan Darat mulai fokus dan menghargai keberadaan helikopter. Alat ini terbukti sangat penting dalam perang di Korea untuk keperluan pengintaian dan evakuasi. Setelah itu Angkatan Darat mulai menginginkan helikopter yang jauh lebih tangguh dan canggih.
Kemudian muncullah AH-56 Cheyenne. Helikopter dengan desain radikal yang dikombinasikan dengan kecepatan tinggi. Cheyenne bisa mengawal helikopter lain dalam misi transportasi, atau melakukan dukungan serangan darat dan menyerang secara mandiri. Secara khusus, itu berisi sistem propulsi megah yang bisa menawarkan kecepatan hingga 275 mil per jam.
Tapi teknologi Cheyenne sepertinya terlalu tergesa-gesa dalam prosesnya prototipe awalnya bermasalah dan hampir mengakibatkan kecelakaan fatal. Hal ini menjadikan Angkatan Darat akhirnya menolak mentah-mentah Cheyenne. Akhirnya mereka pun mencari alternatif lain yang kemudian memunculkan A-10. Beberapa tahun kemudian, Angkatan Darat memilih AH-64 Apache. Apache sebenarnya merupakan pengembangan Cheyenne cuma lebih aman.