Diskusi terbaru antara Angkatan Laut darn Korps Marinir Amerika Serikat memunculkan usulan untuk membuat upaya menyelamatkan F/A-18 E/F Super Hornet dari situasi kritis. Wakil Adm. Mike Shoemaker, Komandan Penerbangan Angkatan Laut menyoroti Super Hornet memerlukan Service Life Extension Program (SLEP) sebagai bagian dari solusi kurangnya F / A-18 E / F yang diperkirakan akan memuncak pada pertengahan 2020.
“Saya pikir kami punya rencana yang cukup baik sekarang untuk bergerak maju dan menghindari dampak yang signifikan persediaan strike fighter ketika sebagian pesawat harus pensiun dan sebagian lagi harus dalam perbaikan,” kata Shoemaker. “Ini bukan tantangan ringan yang kita miliki ke depan.”
Boeing dalam dialog tersebut menawarkan solusi holistik untuk membantu memecahkan masalah ini. Seperti dijelaskan dalam sebuah artikel dari National Defense perusahaan ini bekerja untuk membantu mempercepat program SLEP dan menyediakan perawatan terus-menerus guna memperpanjang umur armada Super Hornet. Angkatan Laut berencana untuk memperpanjang hidup Super Hornet dari batas 6.000 jam menjadi 9.000 jam tapi masih menghadapi masalah persediaan strike fighter signifikan bahkan dengan ekstensi kehidupan ini.
Musim semi ini, Kepala Operasi Angkatan Laut di depan Kongres mengatakan bahwa Angkatan Laut kekurangan dua sampai tiga skuadron Super Hornet dengan total peawat 24 – 36. Angkatan Laut meminta 12 Super Hornet sebagai program prioritas yang didanai tahun ini.
Dengan kemampuan belum tertandingi dari kekuatan sayap tempur kapal induk pendanaan pesawat 12 di tahun fiskal 2016 sangat penting untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan jangka pendek Angkatan Laut, tetapi juga untuk menjaga pintu terbuka sehingga Boeing dapat memberikan solusi terpadu guna memastikan Angkatan Laut memiliki cukup super Hornet hingga 2040.