Mencairnya es di Arktik dengan cepat, studi baru yang dilakukan NASA menunjukkan bahwa permukaan air laut di seluruh bumi diperkirakan akan naik tiga kaki atau 60 cm.
Dalam laporan yang diterbitkan Rabu 26 Agustus 2015 lalu disebutkan akan ada konsekuensi yang tak terhitung bagi umat manusia akibat kenaikan air laut ini.
Sejak tahun 1992, permukaan air laut telah meningkat, rata-rata, dengan 3 inci setahun. Untuk beberapa daerah, bahkan mencapai 9 inci.
Membuat prediksi tentang kenaikan permukaan air laut bukanlah tugas yang mudah. Ilmuwan harus mengandalkan sejumlah teknik. Selain altimeter pesawat ruang angkasa yang dikenal sebagai seri Jason, peneliti juga menggunakan sensor laut mengambang seperti Argo, serta sepasang satelit pengukur gravitasi yang disebut GRACE.
“Untuk mempelajari kenaikan permukaan laut, Jason, GRACE, dan Argo adalah tiga hal besar,” kata ahli kelautan Josh Willis NASA Jet Propulsion Laboratory, ilmuwan proyek yang merencanakan misi altimetry Jason-3.
Data altimetri telah menunjukkan bahwa sekitar sepertiga kenaikan permukaan laut disebabkan pemanasan air laut saat ini. Sisanya, yakni dua pertiga berasal dari pencairan es di daratan, terutama di Greenland dan Antartika Barat, yang telah meningkat signifikan dalam dekade terakhir.
“Melihat data yang kita dapat tentang bagaimana laut mengembang karena pemanasan dan lapisan es dan gletser menambahkan air laut, menjadikan kita cukup yakin air laut akan meningkat setidaknya 3 kaki dan mungkin lebih,” kata Steve Nerem dari University of Colorado, Boulder, kepala Sea Level Change Team. “Tapi kita tidak tahu apakah ini akan terjadi dalam waktu satu abad atau lebih lama.”
Bersamaan NASA, Badan Antariksa Eropa juga telah mempelajari gletser dengan instrumen topografi permukaan.
Penelitian menunjukkan bahwa Greenland, memiliki es yang cukup untuk meningkatkan permukaan air dunia lebih dari 20 kaki. Bukti dari GRACE telah menunjukkan bahwa sejak tahun 2004, 660.000 mil persegi Greenland Ice Sheet telah kehilangan lebih dari 300 gigaton es per tahun.
NASA Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) satelit kembar telah mengukur hilangnya massa es dari kutub lembaran es bumi sejak tahun 2002.
“Di Greenland, semuanya telah semakin hangat yakni udara, permukaan laut, kedalaman laut,” catat Ian Joughin, seorang ahli gletser di University of Washington. “Kami tidak benar-benar memahami bagian mana dari pemanasan yang memiliki efek terbesar pada gletser.”
Peningkatan air laut hingga 3 kaki sangat berdampak pada manusia. Di Amerika saja sekitar 160 juta orang akan kehilangan tempat tinggal. Puluhan kota akan terendam 15 di antaranya adalah kota besar yang ada sekarang ini seperti Tokyo, New York dan Mumbai India. Untuk melihat detilnya lihat di sini
Antartika menyajikan misteri yang lebih besar. Benua ini telah kehilangan 118 gigaton es per tahun. Lapisan es di bagian timur diyakini relatif stabil, tetapi studi terbaru menunjukkan mereka juga akan mencair.
“Pandangan yang berlaku di kalangan ahli telah bahwa Antartika Timur stabil, tapi saya tidak berpikir kita benar-benar tahu,” kata Eric Rignot, ahli glasiologi dengan NASA Jet Propulsion Laboratory dan University of California, Irvine. “Beberapa tanda yang kita lihat di data satelit saat ini adalah tanda merah sehingga gletser ini mungkin tidak stabil seperti kita pernah pikirkan.”