Keputusan Amerika Serikat untuk mengirimkan jet tempur siluman generasi kelima F-22 Raptor ke Eropa Timur dinilai ahli pertahanan Prancis tidak lebih sekadar provokasi. Selain itu ada motif ekonomi yang diemban Raptor dalam misi tersebut.
“Ada beberapa hal terkait keputusan ini tetapi yang pasti adalah provokasi dari pihak NATO dan menunjukkan kekuatan mereka di hadapan aliansi di Eropa dan bagian lain dari dunia,” kata Richard Labeviere, chief editor the Defense magazine of the French Institute of Higher Studies of National Defense Rabu 26 Agustus 2015.
Menurut dia, keputusan Washington untuk menyebarkan apa yang ia sebut sebagai “American Rafale” juga didorong oleh motif komersial.
“Amerika mencari ‘showcase’, yaitu kesempatan untuk menunjukkan pesawat canggih ini dalam misi sehingga berkontribusi terhadap ekspor ke negara-negara lain,” kata Labeviere.
Dia menambahkan bahwa F-22 mengambil bagian dalam operasi militer di Irak dan Suriah beberapa kali, dan Washington sekarang berusaha untuk membangkitkan minat pelanggan di Eropa, termasuk di Polandia terhadap senjata produksi Amerika. Meski tentu saja tidak mungkin membeli F-22, tetapi Raptor adalah simbol puncak teknologi militer negara tersebut.
Aspek kedua berkaitan dengan lingkup geopolitik mengacu pada permintaan negara-negara Baltik, termasuk Lithuania, yang telah berkali-kali menyatakan kekhawatirannya terhadap ancaman dari Rusia. F-22 sedang digunakan sehubungan dengan perubahan situasi di Ukraina timur setelah agresi tentara Ukraina baru-baru ini terhadap pasukan Donbass. Labeviere, secara khusus menunjuk keinginan Washington untuk memperluas pengaruhnya di seluruh dunia. “Selain penataan ulang pasukan NATO di Eropa, AS meningkatkan kehadirannya di Asia-Pasifik dan Arktik,” katanya.
Dia juga mengingatkan F-22 jet telah dikerahkan di Thule Air Base di Greenland, sebagai respon bagi modernisasi Rusia Angkatan Bersenjata di kota Murmansk Rusia.