Soal Spesifikasi Rafale India, Prancis Tolak Mengalah
Rafale

Soal Spesifikasi Rafale India, Prancis Tolak Mengalah

RAFALE GASCOGNE ASMPA MICA

Negosiasi Prancis dan India terkait pembelian 36 jet tempur Rafale semakin rumit. Paris menolak untuk menuruti permintaan spesifikasi teknis khusus yang diminta Angkatan Udara India (IAF) agar mengintegrasikan rudal Astra buatan India ke dalam pesawat tempur tersebut.

IAF memang ingin ada perubahan tertentu dalam konfigurasi platform yang mengintegrasikan rudal udara ke udara buatan dalam negeri . Rudal di luar visual Astra, telah berhasil diuji tembak dua kali dari jet tempur Su 30-MKI mereka. Hal ini yang mendasari India ingin rudal itu bisa diintegrasikan dengan pesawat lain termasuk Rafale yang hendak dibeli.

Namun sebagaimana dilaporkan Daily Hindi  News (DHNS) Kamis 13 Agustus 2015, Prancis keberatan dengan ide itu karena perubahan konfigurasi berarti akan melalui proses sertifikasi pesawat lagi, yang akan menyebabkan peningkatan biaya. Sebaliknya, Paris ingin untuk memasok rudal udara ke udara rudal sendiri, yang artinya New Delhi harus membelinya jika ingin Rafale memiliki kemampuan tempur.

Titik masalah lain adalah negosiasi adalah klausul offset, di mana produsen Rafale Dassault Aviation harus menginvestasikan kembali sebagian dari uang hasil pembelian Rafale ke India dalam industri militer India. Sejauh ini prosentase berapa  yang harus diinvestasikan juga masih belum menemukan titik temu.

Sebuah komite Kementerian Pertahanan India yang dipimpin oleh Marsekal SBP Sinha bernegosiasi dengan tim Prancis yang menawarkan jet dengan harga yang hampir sama seperti yang sedang dibahas dalam proses tender global sebelumnya, yang telah dibatalkan oleh pemerintah Narendra Modi.

Selama kunjungan April ke Paris, Modi membuat pengumuman untuk membeli 36 pesawat Rafale dari Prancis dalam kontrak pemerintah ke pemerintah. Proses sebelumnya untuk membeli 126 jet tempur untuk menggantikan penuaan MiG-21 dibatalkan.

Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian bertemu timpalannya dari India, Manohar Parrikar di Delhi pada bulan Mei untuk menyusun rincian dari rencana akuisisi. Kedua belah pihak memutuskan untuk menyelesaikan negosiasi harga pada 31 Juli tapi kemudian kesepakatan tidak berjalan. Tidak ada pertemuan antara kedua belah pihak setelah itu, yang mungkin merupakan indikasi dari kebuntuan.

“Patokan untuk harga sudah ada sejak kesepakatan (Prancis) dengan Mesir dan Qatar telah terjadi. Harga pesawat ke India tidak bisa kurang harga yang diberikan kepada kedua negara tersebut, “kata sumber sebagaimana dikutip DHNS.