Flaperon di Pulau La Reunion Sesuai dengan Area Pencarian MH370
Ekor Boeing 777 yang ditemukan

Flaperon di Pulau La Reunion Sesuai dengan Area Pencarian MH370

Polisi membawa ekor Boeing 777 yang ditemukan untuk diteliti
Polisi membawa ekor Boeing 777 yang ditemukan untuk diteliti

Biro Keselamatan Transportasi Australia atau Australia Transport Safety Bureau (ATSB), badan yang terlibat penuh dalam pencarian pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines MH370, mengatakan flaperon yang ditemukan di Pulau La Reunion konsisten dengan area pencarian di Samudera Hindia.

Badan ini mengatakan jika menggunakan model aliran arus air dan angin menunjukkan bahwa bahan dari daerah yang menjadi area pencarian saat ini bisa saja dibawa ke La Reunion, serta lokasi lainnya, sebagai bagian dari “penyebaran progresif puing-puing mengambang yang dibawa arus laut dan angin”.

Dalam update operasional, Joint Agency Coordination Centre (JACC) Australia mengatakan bahwa saat ini terus dilakukan upaya oleh pemerintah Malaysia dan Perancis untuk menentukan apakah flaperon yang ditemukan itu memang berasal dari pesawat Airlines Boeing 777-200 Malaysia yang hilang.

Ia menambahkan bahwa “banyak bahan tambahan” juga telah diserahkan kepada polisi yang berasal dari La Reunion.

“Pemodelan hanyut menunjukkan bahwa jika ada puing-puing mengambang dari MH370, itu bisa menglir ratusan ribu kilometer persegi ke mana saja di Samudera Hindia,” kata JACC.

Seorang ahli dari ATSB juga telah dikirim ke Toulouse untuk menjadi bagian dari tim pemeriksaan flaperon tersebut.

“Pejabat Malaysia dan Perancis mungkin berada dalam posisi untuk membuat pernyataan resmi tentang asal-usul flaperon akhir pekan ini,” kata wakil perdana menteri Australia Warren Truss dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu ATSB terus mengandalkan analisis data satelit dan kinerja pesawat informasi untuk menentukan area pencarian, dengan upaya untuk terus fokus pada area yang ditetapkan di Selatan Samudera Hindia.

Daerah pencarian pesawat yang hilang telah diperluas dua kali lipat menjadi 120,000km2, dengan hampir setengah daerah sudah disisir dan belum menghasilkan hasil apapun. Cuaca buruk juga telah memperlambat gerak laju dua kapal yang terlibat