Tak Sesuai Harapan
Pada awal 2014, Kementerian Pertahanan mengumumkan rencana untuk menghabiskan sekitar 320 miliar rubel dalam program untuk melengkapi Angkatan Bersenjata dengan pesawat tanpa awak, dan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengumumkan bahwa mereka menggelar latihan menggunakan pesawat tanpa awak sebagai pemantau objek bergerak selama lebih dari seratus jam. Menurut kepala militer, tak semua pesawat tanpa awak militer memenuhi ekspektasi yang diberikan.
Rusia belum mencapai produksi serial pesawat tanpa awak yang mampu terbang dengan durasi panjang, jadi jelas ia bicara mengenai pesawat tanpa awak kecil. Secara keseluruhan, pada awal 2014, tentara Rusia memiliki lebih dari 500 unit pesawat tersebut. Jumlah kecil itu dibeli dari Israel—pesawat tanpa awak IAI Searcher Mk II dan IAI Bird Eye 400, serta pesawat tanpa awak Rusia dari perusahaan swasta, yang dibuat menggunakan sejumlah komponen asing.
Pesawat buatan perusahaan swasta di Rusia lebih banyak digunakan oleh tentara Rusia. Secara keseluruhan, lima jenis pesawat tanpa awak yang dibuat secara domestik hadir di Angkatan Bersenjata Rusia, termasuk pesawat tanpa awak dari Izhmash Unmanned Systems—Grusha (Pir) dan Granat (Delima), Orlan-10 dari Special Technology Center, serta Aileron and Tachyon dari Enix CJSC.
Tak diketahui tepatnya perangkat mana yang tak sesuai ekspektasi Kementerian Pertahanan Rusia, namun jelas mereka semua punya kelemahan. UAV Grusha (Pir) misalnya, yang digunakan oleh divisi penerjung payung dan unit Direktorat Intelejen Utama (GRU), tak bisa beroperasi pada suhu di bawah -20 derajat Celcius serta menggunakan sejumlah komponen buatan asing, seperti laptop pengendali buatan Panasonic.
Namun demikian, program ini tetap dikembangkan, dan belum ada informasi mengenai kegagalan yang mencolok (seperti yang terjadi dengan program pertama pada 2008-2010). Jumlah jam terbang yang dilakukan oleh pesawat tanpa awak pada 2014 empat kali lipat dibanding tahun sebelumnya.