Bomber era Perang Dingin Tu-95 Bear memang semakin tua, tapi pembom strategis Rusia ini masih mampu memberi pukulan hebat terhadap musuh dan menghadirkan ancaman yang signifikan terhadap AS dan sekutu NATO-nya. Demikian ditulis situs berita pertahanan Aerobuzz.fr Selasa 21 Juli 2015.
Saat ini Pemerintah Rusia sedang menyelidiki insiden pekan lalu yang menewaskan dua orang setelah Tu-95 jatuh di Rusia Timur Jauh selama penerbangan pelatihan. Meskipun awalnya kegagalan mesin disebut sebagai penyebab kecelakaan, sekarang tim investigasi menduga kecelakaan karena penggunaan bahan bakar berkualitas rendah.
Jika benar masalah bahan bakar yang jadi penyebab kecelakaan, maka meskipun usia tua, beruang Rusia ini masih akan kuat dan kecelakaan tidak ada hubungannya dengan kehandalan, kata Aerobuzz.fr.
Untuk jenderal militer NATO, Tu-95 selalu menjadi mimpi buruk. Menanggapi meningkatnya aktivitas NATO di dekat perbatasan Rusia, Moskow mulai menggunakan Tu-95 dalam penerbangan pelatihan, membuat saraf aliansi Barat bergetar. Setiap kali radar NATO mendeteksi bomber Rusia ini, pesawat mereka dipaksa untuk mencegat, memantau dan mengawal Bear.
“Pilot pesawat tempur Barat yang mencegat dan mengawal Tu-95 tidak akan pernah melupakan kebisingan dan getaran yang dirasakan ketika terbang di dekat raksasa itu,” tulis Aerobuzz.fr.
Alasan di balik keributan NATO selama Tu-95, yang dapat terbang hingga 14-jam dengan kecepatan 800 km / jam pada ketinggian 11.000 meter, adalah bahwa bomber Rusia ini mampu menyerang Amerika Serikat dengan bom nuklir.
Vetaran Perang Dingin ini tanpa henti terus melakukan survei langit di sekitar perbatasan Rusia mengingatkan semua orang bahwa Rusia adalah kekuatan yang harus diperhitungkan. Tu-95 Bear diperkirakan akan tetap bekerja selama setidaknya satu dekade lagi.