Dua pembom strategis B-52 milik Amerika Serikat pada awal Juli ini melakukan terbang jarak jauh non stop dari Pangkalan Barksdale di Louisiana ke Australia. Setelah merilis bom di daerah Deamere bagian utara Australia, dua bomber itu langsung kembali ke rumahnya di Barksdale.
Misi terbang tanpa jeda selama 44 jam ini jelas bukan hal yang bisa disepelekan. Ada pesan yang ingin disampaikan khususnya kepada China. Pentagon ingin menunjukkan bahwa mereka sangat serius dan mampu mengirimkan kekuatan mematikan ke kawasan Asia.
“Misi ini untuk bloster sekutu regional di Asia Pasifik terhadap ekspansi maritim China,” tulis Bill Gertz, seorang analis keamanan Amerika, baru-baru ini di Washington Times.
Laksamana Cecil Haney D., komandan Komando Strategis AS yang bertanggung jawab pada pembom strategis AS mengatakan kepada Gertz bahwa misi “bomber assurance and deterrence” adalah salah satu dari banyak cara bagi AS untuk menunjukkan komitmennya untuk menciptakan situasi stabil dan damai wilayah Indo-Asia Pasifik. Misi itu dimaksudkan untuk mengirim pesan strategis. Namun Haney menolak menyebut secara rinci siapa yang diberi pesan.
Orang dalam di Pentagon mengatakan kepada Gertz bahwa pesan itu ditujukan untuk China karena kegiatan negara itu di Laut Cina Selatan dinilai semakin mengancam. “Sebagai bangsa yang fokus pada Pasifik, sangat penting untuk menunjukkan keberadaan B-52 ini, tidak hanya di Andersen Air Force Base, tapi di seluruh wilayah,” kata Kapten Jared Patterson, kepala senjata dan taktik untuk 96th Bomb Squadron yang berbasis di Barksdale Air Force Base.