
Sejarah perkasa pesawat pengintai U-2 Dragon Lady dan masa depannya, begitu erat terkait dengan drone. Dan baik masa lalu maupun masa depan, pesawat ini memiliki hubungan tidak nyaman dengan pesawat tanpa awak tersebut.
Bahkan kalau merunut sejarah armada U-2 yang lebih moderen saat ini lahir dari sebuah kegagalan proyek drone di tahun 1970-an yang disebut Compass Cope, sebuauh program pesawat kendali jarak jauh generasi pertama yang dirancang untuk menggantikan Dragon Lady dengan alternatif tak berawak.
U-2 pertama kali terbang pada tahun 1955, dibangun untuk mengintip di balik Tirai Besi. Pesawat ini kemudian terus menjadi andalan untuk pengumpulan intelijen fotografi dan sinyal Angkatan Udara dari ketinggian.
Ketika Anda membaca ini, Dragon Lady bisa jadi sedang memeriksa fasilitas nuklir Korea Utara sekarang. Atau tengah berputar-putar di atas Suriah dan Irak dari ketinggian 70.000 kaki untuk mencari target ISIS.
Berkantor pusat di Beale Air Force Base California, armada U-2 telah memiliki karier yang panjang dan terkenal. Tapi mata-mata udara ini terus-menerus dibayangi oleh pesawat pengintai tak berawak yang menjanjikan menjadi lebih murah, lebih efektif dan kurang berisiko untuk beroperasi.
Beberapa drone datang dekat untuk mengusir Dragon Lady. Salah satunya Compass Cope yang hanya salah satu dari banyak pesawat tanpa awak yang dibangun dan memiliki hubungan disfungsional dengan U-2.

Awal alternatif pesawat tak berawak untuk menggantikan Dragon Lady termasuk turboprop bertenaga Ling-Temco-Vought XQM-93, dan Ryan C-130-meluncurkan AQM-91 Firefly.
Tapi saingan tak berawak untuk U-2 pertama adaah Compass Cope. Pada tahun 1974, program ini menghasilkan Boeing YQM-94 dan Teledyne Ryan YQM-98 yang terbanag di atas gurun California.
Program ini mencetak rekor ketahanan yang sudah ada selama 26 tahun, dan membuka jalan bagi teknologi Northrop Grumman untuk menghasilkan RQ-4 Global Hawk sekarang ini.
Drone Compass Cope dikendalikan seorang operator dengan sinyal radio dari stasiun darat. Tetapi salah satu jatuh dan ada beberapa tabrakan udara.

Tapi untuk pertama kalinya, Angkatan Udara serius mempertimbangkan mengganti pilot dengan sistem remote control untuk mengurangi biaya dan risiko kematian awak.
Meskipun banyak keberhasilan dan dunia-pengalaman pertama, jenderal Angkatan Udara membenci gagasan menghapus pilot dari kokpit punya rencana lain untuk Compass Cope.
Cabang terbang tanpa ampun membatalkan program ini pada tahun 1977, kurang dari setahun setelah memilih pesawat prototipe Boeing – dikenal sebagai Cope-B – untuk pengembangan lebih lanjut dan produksi.
Sebuah “steering committee” tingkat tinggi yang ditunjuk untuk mengeksplorasi platform pengintaian alternatif merekomendasikan kembali membuka pabrik produksi Skunk Works U-2 di Palmdale untuk menghasilkan pesawat mata-mata yang lebih berawak. Kongres menyetujui proposal pada tahun 1979, dan Angkatan Udara akhirnya memproduksi 37 pesawat mata-mata baru yang ditunjuk TR-1 (sekarang U-2S) antara tahun 1981 dan 1989.

Hal ini menjadikan pengembangan lebih lanjut dari teknologi pesawat tanpa awak untuk menggantikan U-2 absen hingga saat ini muncul lagi berbagai desakan agar U-2 segera dipensiun untuk digantikan drone semacam Global Hawk. Lagi-lagi hubungan yang tidak nyaman.
Sumber: War is Boring
Comments are closed