Transfer Teknologi
Saat ini, armada pesawat tempur Indonesia terdiri dari pesawat F-16 AS dan pesawat Su-27 dan Su-30 Rusia. Fakta bahwa pesawat AS bersekutu dengan pesawat Rusia di militer Indonesia adalah hal yang menarik. “Indonesia mengincar pesawat Rusia karena mereka memang membutuhkannya,” tulis Defense Industry Daily (DID). Pesawat tempur AU Indonesia, yakni 12 buah F-16A/B dan 16 buah F-5E/F, menghadapi masalah perawatan karena AS memberlakukan embargo terhadap Indonesia.
Embargo tersebut diberikan setelah Australia mulai campur tangan dalam konflik Timor Timur, dan AS menuduh Indonesia melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Untuk mengatasi masalah akibat embargo AS, pada 2003 Indonesia menandatangani kontrak senilai 192 juta dolar AS dengan Rusia untuk memasok pesawat tempur multiperan Sukhoi melalui Rosoboronexport. Kehadiran pesawat tempur Rusia membuat Indonesia memiliki kapabilitas tempur yang setara dengan para tetangganya, termasuk Tiongkok dan Australia.
Empat tahun kemudian, dalam pameran aviasi MAKS 2007 di Moskow, Indonesia dan Rusia menandatangani kontrak lanjutan senilai 300 juta dolar AS untuk pasokan Sukhoi Flankers. Menariknya, kala itu Indonesia tetap membeli perangkat militer Rusia meski Indonesia telah memiliki kerja sama tertutup dengan Washington. “Itu membuktikan, bahwa pembelian tersebut tak merefleksikan orientasi geopolitik Indonesia. Itu murni disebabkan oleh ketertarikan Indonesia terhadap pesawat Sukhoi,” kata pengamat hubungan internasional Martin Sieff dari UPI.
Baik Su-27 SK maupun Su-30 milik Indonesia yang saat ini masih beroperasi, sama-sama memiliki kombinasi karakter Sukhoi Flanker terkait jangkauan jarak yang jauh, muatan besar, dan kinerja udara yang dapat mengimbangi semua pesawat tempur Amerika kecuali F-22A Raptor. Dengan kapabilitas tersebut, serta kebijakan Rusia yang tidak pernah mencampur-adukan situasi politik dengan penjualan senjata, mendorong Indonesia untuk berbalik pada Rusia dan menjadikan Rusia sebagai pemasok senjata.
Kedatangan Sukhoi telah menggenapkan keganjilan di panggung Asia Pasifik. Pilot Australia, yang menyatakan diri tergabung dalam pasukan canggih dengan menerbangkan F-18 Hornets, kini harus berhadapan dengan Flanker yang lebih unggul hampir di semua aspek. Menurut keterangan Air Power Australia, “Akusisi pesawat tempur Rusia Sukhoi Su-27SK dan Su-30MK oleh negara-negara yang ada di wilayah kami menunjukan bahwa F/A-18A/B/F telah ketinggalan jaman berbagai aspek kunci.”