Ide kami tentang superioritas udara bukanlah memenangkan pertarungan seperti RAF di Battle of Britain, tetapi kita memenangkan pertarungan di wilayah udara orang lain. Di Korea, kami berjuang dalam pertempuran superioritas udara di atas Sungai Yalu. Di Vietnam, kami berjuang di atas Hanoi. Di Desert Storm, kami berjuang di atas Baghdad. Jadi tidak ada tentara Amerika saat ini melayani di Angkatan Darat yang pernah diserang oleh pesawat musuh. – USAF General (ret.) Merrill A. McPeak
Pentingnya dominasi udara tidak dapat dipungkiri. Ini adalah prasyarat mutlak untuk setiap kampanye modern untuk menjadi efektif. Pada awal Perang Dunia Kedua, Luftwaffe Jerman mendominasi langit di atas Prancis dan Polandia, mencekik kemampuan kedua negara untuk mempertahankan diri dengan layak. Bahkan Norwegia dan Denmark jauh lebih cepat jatuh. Kemudian dalam Royal Air Force Inggris melawan Luftwaffe di atas Inggris selama Battle of Britain, kampanye yang menentukan superioritas udara yang membantu mengubah gelombang perang.
Secara historis kekuatan udara telah asimetris dengan keunggulan Amerika, menurut pensiunan Air Combat Command General John Corley.
Latihan Sentry Savannah menjadi salah satu upaya keras Amerika untuk dengan focus membangun dominasi udara. Jet-jet tempur terbaik mengikuti latihan di salah satu kota terpanas ini. Savanah Combat Readiness Training Center (CRTC) mengkhususkan diri dalam pelatihan udara ke udara. Tempat ini ditunjuk sebagai Air Dominance Center (ADC).
Dan tiga unit tempur dikerahkan ke ADC pada bulan Februari untuk Sentry Savannah 15-1, 12 pesawat F-16 dari Minnesota ANG milik 148 FW dari Duluth, 10 F-16 dari Wing 113 DC ANG, dan 14 F-22 Raptor dari 43 Fighter Squadron Tyndall AFB. Serta B-2 dari Whiteman AFB. Dan foto-foto garang dari Sentry Savannah 15-1 yang digelar Februari 2015 lalu sayang untuk dilewatkan.
