
Setelah sebelumnya menyebut A400 Atlas buatan Airbus dan AN-70 buatan Antonov untuk menggantikan Hercules, Angkatan Udara Indonesia juga menyebut Boeing C-17 sebagai nama lain. Pesawat ini sendiri sudah tidak ada produksi kecuali sejumlah pesawat ekor putih alias pesawat yang sudah diproduksi dan belum ada pembelinya.
“Kita sudah bikin pengkajian tapi semua tergantung pemerintah. Kita minta jelas yang terbaru dan banyak. Dari Airbus ada, dari Amerika (Boeing) ada, dari Rusia (jenis Antonov) ada. Tergantung pemerintah,” ungkap KSAU Marsekal Agus Supriatna seusai buka bersama di Mabes TNI Cilangkap, Jaktim, Selasa 7 Juli 2015 sebagaimana dikutip detikcom.
Sayangnya Agus belum bisa memastikan jenis pesawat mana yang akan dipilih oleh pemerintah. TNI AU menyerahkan sepenuhnya kepada kementerian pertahanan. “Belum tahu, itu tergantung Kemhan,” kata Agus.
Sementara itu Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu disebut sudah memberikan pertimbangannya. Dari 3 kajian TNI AU, ada 2 yang kemungkinan akan dibeli pada rencana strategis kedua.
“Jadi kalau kata menhan A-400 atau C 17, antara itu, keduanya sekelas,” ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhan Brigjen Djundan Eko Bintoro saat dikonfirmasi, Selasa.
Beroperasi sejak tahun 1991, C-17 tak tertandingi dalam kemampuan mereka untuk mengangkut pasukan atau kargo berat, dan melakukan airdrop dan evakuasi aeromedical dan untuk memberikan bantuan kemanusiaan hampir di mana saja di dunia.
Boeing membuat pertaruhan dengan membuat 15 C-17 sebelum ada pihak yang memesan atau dikenal dengan pesawat ekor putih. Dari jumlah itu Kanada telah membeli satu, Australia dua, Uni Emirat Arab dua. Sementara Selandia Baru dikabarkan tertarik untuk membeli dan Australia mungkin membeli dua lagi. Beberapa sumber mengatakan bahwa bahkan Swedia juga melirik.
Selain itu pada 16 Juni 2015 pemerintah Qatar menandatangani perjanjian untuk pembelian empat C-17 Globemaster III. Pesawat ini akan bergabung dengan empat pesawat serupa yang sudah dimiliki Angkatan Bersenjata Qatar (QAF)
Qatar, pelanggan Timur Tengah pertama yang memesan C-17, menerima dua C-17 pada tahun 2009 dan dua tambahan C-17 pada tahun 2012.
Secara total Boeing telah memproduksi 279 pesawat dengan Amerika Serikat sebagai pengguna terbesar dengan 223 Globemaster, diikuti oleh Angkatan Udara India dengan 10 pesawat. Kemudian Royal Air Force, UAE, Qatar dan Angkatan Udara Australia semua memiliki delapan pesawat. Royal Canadian Air Force menerbangkan lima Globemaster, Mitra NATO / Eropa membeli tiga dan Angkatan Udara Kuwait memiliki dua.
Pada Juni 2015 Boeing Co mengaku masih ada lima Boeing C-17 ekor putih dan memperkirakan akan ada penandatanganan kesepakatan sebelum kuartal keempat.
Chris Raymond, Wakil Presiden Pengembangan Bisnis dan Strategi untuk Boeing Defense, Space & Security, mengatakan perusahaan sedang membahas penjualan pesawat dengan lebih dari satu negara, tetapi menolak menyebutkan nama mereka.
Jeff Kohler, kepala penjualan internasional dan pemasaran untuk divisi pertahanan Boeing, menyebut ada permintaan yang kuat untuk jet ini dan ia berharap untuk menemukan pembeli pasti sebelum kuartal keempat.”
Sumber akrab dengan masalah ini mengatakan Boeing sedang dalam pembicaraan dengan pembeli potensial di Timur Tengah dan Asia.