Perang Dingin seri kedua antara Rusia dan Barat mendorong dunia menuju konflik global, dan mengancam perjanjian yang sudah susah payah dibangun dalam upaya menahan perlombaan senjata nuklir.
Selama lebih dari satu tahun Rusia dan Barat telah menemui jalan buntu terkait krisis Ukraina yang sedang berlangsung. Dan setelah suhu retorika naik, kekhawatiran mulai muncul bahwa kebuntuan ini akhirnya menciptakan versi baru dari Perang Dingin yang berjalan 40 tahun di masa lalu.
Meskipun konflik politik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Barat sejauh ini sebagian besar hanya untuk pertunjukan. Tetapi mulai mengambil fase sendiri dan ada kemungkinan bahwa hal itu dapat menjadi tidak terkendali.
Moskow dan NATO terus jor-joran dalam show of force. Sementara NATO telah meluncurkan serangkaian latihan perang provokatif di dekat perbatasan Rusia, Kremlin juga menanggapi dengan latihan yang tidak kalah provokatifnya.
Suhu retorika terus melonjak membawa sisi lebih dekat dengan penyebaran militer secara permanen di perbatasan mereka.
Situasi semakin buruk ketika Pentagon tidak menampik laporan bahwa Amerika Serikat sedang mempertimbangkan rencana untuk “pre-posisi” persenjataan berat di negara-negara Eropa Timur, yang perbatasan Rusia.
Bisa ditebak, Moskow akan sangat menentang keputusan tersebut dan menekankan rencana itu sebagai hal serius yang akan melanggar status quo pasca-Perang Dingin.
Sementara senjata strategis sejauh ini masih tetap berada di bawah kendali sesuai dengan perjanjian internasional. Tetapi situasinya jauh lebih mengancam ketika bicara soal rudal nuklir jarak menengah dan jarak pendek.
Menanggapi penyebaran sistem pertahanan rudal AS di Eropa, Moskow sedang mempertimbangkan memasang rudal jarak pendek Iskander-M yang berkemampuan nuklir di kota barat Rusia Kaliningrad. Dari titik ini rudal Rusia bisa mencapai Warsawa, Berlin, dan Copenhagen.
Dan karena ide penggelaran rudal bersenjata nuklir di wilayah Eropa kini terbuka untuk mempedebatkan lagi perjanjian Intermediate Nuclear Forces (INF) yang dengan susah payah dibangun dan mungkin suatu hari akan hancur berantakan. Jika perjanjian INF dibatalkan, Eropa bisa kembali ke masalah nuklir seperti pertengahan 1980-an, di mana hampir semua ibukota Eropa menghadapi peringatan kurang dari 8 menit dari rudal jarak menengah nuklir SS-20 Soviet dan US Pershing-II
Sejauh ini tidak ada yang tertarik dalam menghapuskan kesepakatan itu, tetapi tampaknya bahwa orang-orang yang masih menyimpan mental Perang Dingin akan mencoba untuk menangkap kesempatan guna memperburuk ketegangan dalam rangka mendorong dunia menuju ambang konflik.