Direktur Perang Udara Angkatan Laut Amerika Serikat Laksamana Michael Manazir, menyatakan ia frustrasi oleh keterlambatan rencana membangun armada drone berbasis kapal induk.
Angkatan Laut berencana mulai meminta tawaran untuk proyek, yang disebut Unmanned Carrier Launched Airborne Surveillance and Strike System (UCLASS) tahun lalu. Upaya ditunda sampai 2016 karena ada pertanyaan apakah drone akan cukup tersembunyi atau tidak untuk melakukan misi pengawasan dan penyerangan.
Manazir menyatakan bahwa ia tidak yakin ketika Angkatan Laut bisa segea meminta tawaran pada proyek dari perusahaan luar.
” UCLASS RFP telah siap dirilis selama lebih dari setahun. Kami telah kehilangan waktu ini untuk membuat teknologi itu bekerja. Di situlah saya frustrasi, “ujar Manazir.
Boeing, General Atomics Aeronautical Systems Inc, Lockheed Martin Corp, dan Northrop Grumman telah menerima kontrak senilai US$ 15 juta untuk desain review awal.
Northrop Grumman membangun eksperimental X-47B, sistem tak berawak pertama yang bisa lepas landas dan mendarat di sebuah kapal induk, pada 2013. Manazir mengatakan bahwa mereka juga mempertimbangkan menambahkan lebih banyak dana untuk program itu.
“Kami sedang melakukan analisis kasus bisnis sekarang kalau Anda menempatkan lebih banyak dana di X-47B, apakah Anda bisa mendapatkan lebih banyak dari desain asli yang ada sekarang,” katanya sebagaimana dikutip Sputnik Jumat 5 Juni 2015. “Kami terus mendanai unsur-unsur lain selain sistem udara itu sendiri, jadi kita masih bisa memajukan teknologi yang akan memungkinkan kita untuk mengoperasikan sistem tak berawak dari operator kami dan juga dari kelompok tempur kapal induk.”
Dia mengakui Angkatan Laut memiliki anggaran dasar yang lebih tinggi daripada cabang lainnya. “Jika Anda melihat hal itu dibandingkan dengan layanan lain, Angkatan Laut dalam kondisi yang baik,” kata Manazir. “Ini lebih tentang berapa banyak uang Angkatan Laut harus mendapatkan relatif terhadap tuntutan ditempatkan pada layanan.”