
Syrian Air Force (SAF) sejak perang saudara saat ini mulai pada tahun 2011 sangat bergantung pada Rusia dan Iran untuk menjaga pesawat terbang dan untuk mengganti kerugian tempur. Misalnya Iran mengupgrade beberapa helikopter Mi-17 milik SAF dengan pelat baja dan kamera FLIR serta mendasarkan Mojaher 4, Yasir dan Shahed 129 UAV di Suriah dan bahkan menyediakan pesawat angkut Il-76TD untuk membawa peralatan dari Rusia dan Iran .
Akhir-akhir ini Iran juga telah memberikan 10 pesawat serangan darat Su-22. Pesawat ini adalah bagian dari dari 40 Su-22 Angkatan Udara Irak yang diterbangkan ke Iran selama perang tahun 1991. Mereka dikirim ke Iran “untuk diamankan” dan Iran berusaha menjaga kondisi pesawat itu. Karena embargo dan kekurangan uang Iran tidak dapat membarui Su-22 sampai saat ini. Awalnya Iran berkonsultasi sebuah perusahaan Ukraina tentang berapa lama dan berapa banyak biaya untuk merombak Su-22. Ternyata terlalu mahal dan akhirnya pada tahun 2013 Iran memutuskan untuk mengembalikan sepuluh Su-22 untuk kondisi operasional tanpa bantuan asing dengan menggunakan suku cadang dari Su-22 lain dan Su-20.
Su-22 adalah versi ekspor dari Su-17 Rusia, yang pada dasarnya merupakan versi sayap ayunan yang lebih tua Su-7 pesawat serangan darat. Berbekal dua meriam 30mm pesawat itu bisa membawa empat ton bom. Pesawat ini dirancang untuk terbang 2.000 jam dan 20 tahun pelayanan. Namun diperpanjang terutama melalui upaya perusahaan yang mengkhususkan diri dalam perbaikan dan upgrade pesawat tempur yang dirancang Rusia. Su-22 ternyata dapat diandalkan, murah untuk memelihara dan mengoperasikan dan mudah untuk refurb dan upgrade.