China mencoba untuk melakukan jamming elektronik terhadap pesawat mata-mata tanpa awak Amerika Global Hawk yang melakukan misi mata-mata di kawasan Laut China Selatan. Setidaknya ada satu insiden jamming yang dialami Global Hawk di dekat Kepulauan Spratly yang disengketakan, di mana China sedang membangun fasilitas militer di Fiery Cross Reef.
Kabar itu muncul setelah sebelumnya pesawat mata-mata Angkatan Laut AS P-8 pada Rabu 20 Mei 2015 digertak delapan kali China agar meninggalkan daerah yang sama.
“Ini adalah angkatan laut China … ini adalah angkatan laut China … Silakan pergi … untuk menghindari kesalahpahaman,” kata panggilan radio dalam bahasa Inggris dari instalasi pada Firey Cross seperti dilaporkan oleh CNN, yang memiliki reporter di pesawat.
Kemudian Kamis, Angkatan Laut merilis video yang mengungkapkan bahwa Angkatan Laut China mengirim beberapa pesan peringatan radio untuk awak P-8 agar meninggalkan daerah itu, dan menyimpang dari jalur penerbangan yang dekat Firey Cross Reef. Ini adalah pertama kalinya operasi oleh sebuah pesawat pengintai baru yang dipersenjatai dengan torpedo P-8,, yang diungkapkan oleh Angkatan Laut.
Di Pentagon, juru bicara Kolonel Steve Warren mengatakan Amerika Serikat tidak mengakui klaim kedaulatan China atas pulau-pulau baru dan mengatakan pesawat P-8 dan kapal Angkatan Laut masih berada di jalur internasional.
Sementara upaya jamming terhadap drone diungkapkan seorang juru bicara Komando Pasifik Hawaii menolak mengomentari hal tersebut. Kapten Chris Sims mengatakan tidak ada penyadapan udara China terhadap AS kendaraan udara tak berawak di atas perairan yang disengketakan. Sims mengatakan ia tidak bisa mengkonfirmasi laporan jamming atau peperangan elektronik.
Juru bicara Pacific Air Forces Ribka Clark juga menolak untuk mengomentari tentang upaya serangan terhadap Global Hawk dengan alasan “keamanan operasional.”
Drone yang mampu terbang tinggi ini berbasis di Anderson Air Force Base di Guam secara rotasi. “Dari Guam, Global Hawk mendukung misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian, rencana operasional, dan operasi darurat melalui Theater Pasifik,” kata Clark.
RQ-4 Global Hawk bisa terbang misi jarak dan dapat melakukan survei di wilayah seluas 40.000 mil persegi dalam satu hari. Drone dengan panjang 47 kaki dan bertenaga jet ini memiliki jangkauan 8.700 mil dan dapat terbang hingga 60.000 kaki di ketinggian. Waktu terbang sampai dengan 28 jam.
Sebuah artikel teknis dalam jurnal Aerospace Electronic Warfare Februari 2013 mengungkapkan secara rinci bagaimana militer China berencana untuk mendeteksi dan melawan penerbangan Global Hawk, serta drone RQ-170. Keduanya menghindari radar drone surveilans siluman. “Militer Amerika memiliki jaringan kontrol teater canggih tetapi juga memiliki kerentanan,” tulis artikel itu.
Laporan itu mengatakan Global Hawk drone memiliki tujuh kerentanan, termasuk terbuka terhadap gangguan elektronik. Jamming akan sangat mengurangi efektivitas Global Hawk.
Rick Fisher, seorang analis militer China mengatakan China bisa meningkatkan tekanan pada Amerika Serikat untuk menghentikan penerbangan pengintaian di Asia dengan terlebih dahulu menyerang salah satu penerbangan pesawat tak berawak.