Anggota koalisi anti-ISIS pimpinan Amerika Serikat bersumpah untuk menepati resolusi global guna menolak membayar uang tebusan bagi warga yang disandera oleh gerilyawan.
Janji untuk mematuhi resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa itu muncul setelah sekitar 25 anggota koalisi Kelompok Untuk Mengatasi Keuangan ISIS bertemu di Jeddah, Arab Saudi pada 7 Mei.
Sebuah komunike yang dikeluarkan oleh kelompok itu berisi kesepakatan untuk “menolak membayar atau memfasilitasi tebusan untuk ISIS, sehingga dapat menutup sumber penting dana ISIS dan menghapus insentif utama bagi ISIS untuk terlibat dalam kegiatan penculikan atau penyanderaan lebih lanjut,” menurut Departemen Keuangan dan Luar Negeri Amerika Serikat Kamis 14 Mei 2015
Kelompok itu, yang diketuai oleh Italia, Arab Saudi dan Amerika Serikat, didirikan di Brussels pada tahun 2014 sebagai bagian dari upaya pimpinan Amerika Serikat untuk memerangi gerilyawan yang juga dikenal dengan singkatan, ISIS.
Kelompok itu juga mendesak “mitra dari sektor swasta untuk mengadopsi atau mengikuti pedoman yang relevan dan praktik terbaik untuk mencegah dan menanggapi penculikan ISIS tanpa membayar uang tebusan.” Sandera Amerika Serikat, Jepang dan Jordania telah menjadi korban pembunuhan brutal milisi IS setelah diculik selama kampanye kelompok itu di sejumlah bagian Irak dan Suriah.
Sementara Amerika Serikat telah memegang teguh kebijakan menolak untuk membayar uang untuk memenangkan pembebasan warga negaranya, dengan alasan bahwa langkah tersebut akan membahayakan semua orang Amerika Serikat, negara-negara Barat lainnya diketahui telah membayar uang tebusan yang besar untuk pembebasan sandera.
Pernyataan yang didukung oleh 25 negara itu akan memberikan dorongan kepada kebijakan AS, bahkan saat pemerintahan Presiden Barack Obama mengkaji sikap itu paskakritikan tajam, terutama dari keluarga para sandera.
“Kami memahami kebijakan tentang tidak membayar uang tebusan,” kata Carl Mueller, ayah dari pekerja bantuan Amerika Kayla Mueller, 26, yang meninggal setelah diculik di kota Suriah Aleppo, pada Februari.
“Tapi di sisi lain, setiap orang tua di luar sana akan memahami bahwa Anda akan menginginkan segala sesuatu dilakukan untuk membawa pulang kembali anak Anda. Dan kami mencoba. Dan kami meminta. Tapi mereka menempatkan kebijakan itu di atas nyawa warga Amerika ‘.” Para pejabat Amerika Serikat telah menuduh bahwa IS pada satu waktu adalah salah satu dari kelompok-kelompok teror terkaya di dunia, dengan memperoleh dua juta dolar per hari dari penjualan terlarang minyak mentah dari ladang minyak yang dikuasainya.
Sejak itu koalisi pimpinan AS telah menargetkan ladang minyak yang dikuasai IS dalam serangan udara yang bertujuan untuk mengganggu aliran keuangan untuk IS.
Tebusan dan penjualan kekayaan budaya yang dijarah juga penghasil uang yang menguntungkan bagi kelompok itu yang harus memastikan layanan penting bagi warga di kota-kota yang telah dikuasainya, seperti hub kedua Irak, Mosul.
“Kecenderungan terbaru dalam eksploitasi dan penyelundupan energi dan kekayaan budaya oleh ISIS” juga dibahas dalam kelompok kerja, kata Departemen Luar Negeri.
Mereka juga membahas “langkah-langkah konkrit” untuk mengganggu aliran dana ke kelompok itu.