Setelah sebelumnya kita bahas tentang bagaimana lepas landas dari kapal induk, kini kita bahas soal bagaimana proses pendaratannya.
Mendarat di dek kapal induk adalah salah satu hal yang paling sulit bagi pilot angkatan laut. Dek penerbangan hanya memiliki panjang sekitar 500 kaki (atau kurang dari 150 meter), yang hampir tidak cukup untuk sebuah pesawat jet yang terbang dengan kecepatan tinggi pada saat mendarat.
Untuk mendarat di dek penerbangan, setiap pesawat harus bisa mengkaitkan kait pada tali. Kait atau hook ini melekat pada ekor pesawat. Pilot harus mampu mengkaitkan di salah satu dari empat kawat yang terbuat dari anyaman kawat baja high-tensile.
Kabel menangkap yang membentang di dek dan melekat pada kedua ujungnya berada di silinder hidrolik di bawah dek. Dengan mengkaitkan pada kawat maka pesawat seberat 54.000 pon dengan kecepatan 150 mil per jam hanya dalam waktu dua detik.
Ada empat kabel yang berjarak sekitar 50 kaki (15 meter) antar kabel, untuk bisa memberikan kesempatan lebih lua bagi pilot. Pilot biasanya akan mengambil kawat nomor tiga, karena itu target yang paling aman dan paling efektif. Mereka hampir tidak pernah mengambil kawat pertama karena berada nyaris di pinggir dek. Jika mereka datang terlalu rendah pada kabel pertama, mereka bisa dengan mudah jatuh ke buritan kapal.
Untuk melakukan trik yang luar biasa ini, pilot perlu mendekati dek pada sudut yang tepat. Prosedur pendaratan dimulai ketika pesawat kembali dalam pola terbang oval besar dekat carrier. Carrier Air Traffic Control Center di bawah memutuskan urutan pendaratan pesawat berdasarkan persediaan tingkat bahan bakar mereka. Yang paling sedikit bahan bakarnya didahulukan. Sinyal Landing Officer (LSO) membantu memandu pesawat melalui komunikasi radio serta lampu di dek. Selain LSO, pilot melihat ke Fresnel Lens Optical Landing System, biasa disebut sebagai lensa, bimbingan pendaratan. Lensa terdiri dari serangkaian lampu dan lensa Fresnel lenses mounted to a gyroscopically stabilized platform. Lensa memfokuskan cahaya ke dalam balok sempit yang diarahkan ke langit di berbagai sudut.

Pilot akan melihat lampu yang berbeda tergantung pada sudut pesawat ketika melakukan pendekatan. Jika pesawat ini tepat sasaran, pilot akan melihat lampu kuning, dijuluki “meatball” sejalan dengan deretan lampu hijau. Jika lampu kuning muncul di atas lampu hijau, pesawat datang terlalu tinggi; jika lampu kuning muncul di bawah lampu hijau, pesawat datang terlalu rendah. Jika pesawat datang dengan cara terlalu rendah, pilot akan melihat lampu merah.