Setelah sebelumnya kita bahas tentang bagaimana lepas landas dari kapal induk, kini kita bahas soal bagaimana proses pendaratannya.
Mendarat di dek kapal induk adalah salah satu hal yang paling sulit bagi pilot angkatan laut. Dek penerbangan hanya memiliki panjang sekitar 500 kaki (atau kurang dari 150 meter), yang hampir tidak cukup untuk sebuah pesawat jet yang terbang dengan kecepatan tinggi pada saat mendarat.
Untuk mendarat di dek penerbangan, setiap pesawat harus bisa mengkaitkan kait pada tali. Kait atau hook ini melekat pada ekor pesawat. Pilot harus mampu mengkaitkan di salah satu dari empat kawat yang terbuat dari anyaman kawat baja high-tensile.
Ada empat kabel yang berjarak sekitar 50 kaki (15 meter) antar kabel, untuk bisa memberikan kesempatan lebih lua bagi pilot. Pilot biasanya akan mengambil kawat nomor tiga, karena itu target yang paling aman dan paling efektif. Mereka hampir tidak pernah mengambil kawat pertama karena berada nyaris di pinggir dek. Jika mereka datang terlalu rendah pada kabel pertama, mereka bisa dengan mudah jatuh ke buritan kapal.
Pilot akan melihat lampu yang berbeda tergantung pada sudut pesawat ketika melakukan pendekatan. Jika pesawat ini tepat sasaran, pilot akan melihat lampu kuning, dijuluki “meatball” sejalan dengan deretan lampu hijau. Jika lampu kuning muncul di atas lampu hijau, pesawat datang terlalu tinggi; jika lampu kuning muncul di bawah lampu hijau, pesawat datang terlalu rendah. Jika pesawat datang dengan cara terlalu rendah, pilot akan melihat lampu merah.
Begitu pesawat menyentuh dek, pilot justru akan mendorong mesin dengan kekuatan penuh, bukannya melambat. Hal ini mungkin tampak berlawanan dengan tujuan untuk menghentikan pesawat. Tetapi jika kait pendaratan tidak menangkap salah satu kabel menangkap, pesawat harus bergerak cukup cepat guna lepas landas lagi dan tidak boleh pilot terlambat sedikitpun untuk menambah tenaga sehingga ketika menyentuh dek justru kekuatan didorong penuh. Landasan pacu pendaratan dimiringkan pada sudut 14 derajat. Jadi tempat pendaratan dan lepas landas tidaklah tempat yang sama. Segera setelah pesawat berhenti, dia langsung ditarik keluar dari landasan dan diikat di sisi dek penerbangan.
Awak pesawat di dek harus disiapkan untuk berbagai kejadian tak terduga, termasuk amukan api pesawat. Saat lepas landas atau pemulihan operasi, mereka memiliki banyak peralatan keselamatan. Antara lain, dek penerbangan memiliki sebuah truk pemadam kebakaran kecil, dan nozel yang mengarah ke tangki air dan busa pembentuk film berair, sebuah pemadam kebakaran material maju (ada juga nozel untuk bahan bakar jet dan sejumlah cairan lainnya).
Personil penerbangan dek juga menghadapi risiko tertiup mesin jet hingga bisa terlempar di laut. Jaring pengaman di sekitar sisi dek penerbangan menawarkan beberapa perlindungan, tapi untuk keamanan tambahan, personil juga dilengkapi dengan mantel float, atau jaket pelampung