Konflik itu dipicu oleh dua pernyataan yang dikeluarkan Sultan sebagai raja yang disebut Sabda Raja dan Dawuh Raja. Keduanya disampaikan secara tertutup di Bangsal Kencana dan baru pada Jumat 9 Mei 2015, Sri Sultan menyampaikan isi lengkap dua pernyataan itu ke public. Dan hal ini banyak muncul pertanyaan yang menarik untuk dijawab dengan menyusuri kembali sejarah Mataram.
Sultan mengatakan Sabda Raja dan Dawuh Raja dikeluarkan karena dirinya mendapat perintah dari Tuhan melalui para leluhurnya. Mari kita simak dulu bunyi lengkap Sabda Raja dan Dawuh Raja itu sebelum membahas lebih lanjut.
Sabda Raja (dikeluarkan 30 April 2015)
Gusti Allah Gusti Agung Kuasa Cipta. Kawuningana sira kabeh abdining sun putri dalem sederek dalem sentana dalem lan abdi dalem. Nampa weninging dawuh Gusti Allah Gusti Agung Kuasa Cipta lan ramaningsun, eyang-eyang ingsung para leluhur Mataram wiwit wektu iki ingsun nampa dawuh kanugrahan dawuh Gusti Allah Gusti Agung Kuasa Cipta asma kalenggahan ingsun Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkan Sinuwun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh, Suryaning Mataram Senapati Ing Ngalaga Langgenging Bawono Langgenging Tata Panatagama.
Sabdaraja iki perlu dimangerteni diugemi lan ditindakake ya mengkono sabdaningsun.
Inti dari Sabda Raja itu adalah mengubah gelar Sultan HB X. Semula gelar yang dimiliki sama dengan para pendahulunya kecuali dalam soal angka. Gelar sebelumnya adalah Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sri Sultan Hamengku Buwono Senapati ing Ngalogo Ngabdurrokhman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang jumeneng kaping sedasa
Sementara Dawuh Raja yang dikeluarkan 5 Mei 2015 berbunyi
Sira abdi ingsun seksenana Ingsun Ngarsa Ddalem Sampeyan Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh, Suryaning Mataram Senapati Ing Ngalaga Langgenging Bawono Langgeng Langgenging Tata Panatagama kadawuhan netepake putri ningsung Gusti Kanjeng Ratu Pembayun katetepake Gusti Kanjeng ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawana Langgeng Ing Mataram. Mangertenono yo mengkono dawuh ingsun.
Intinya adalah mengganti nama putri tertua Sultan yakni GKR Pembayun menjadi Gusti Kanjeng ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawana Langgeng Ing Mataram. Nama yang mengarah pada putri mahkota. Artinya Pembayun yang akan meneruskan menjadi penguasa takhta Mataram
Soal siapa yang menjadi raja nanti bukan yang akan kita bahas. Tetapi soal perubahan nama Sultan memang memunculkan sejumlah konsekuensi dan persoalan.
Ada beberapa perubahan yang kemudian memunculkan berbagai persoalan. Pertama adalah hilangnya gelar Khalifatullah yang merupakan makna dari wakil Allah. Tetapi Sultan mengatakan bahwa gelar itu tidak hilang tetapi diganti dengan Langgenging Tata Panatagama yang maknanya sama.
Perubahan lain adalah Buwono menjadi Bawono. Dalam bahasa Jawa dua kata ini sebenarnya sama yang berarti bumi. Tetapi dalam makna filosofi menjadi beda. Buwono artinya bumi, sementara Bawono adalah semesta. Yang artinya tugas Sultan harus lebih luas. Selain itu kaping sedasa diganti dengan kasepuluh. Alasannya itu sesuai urutan. Kasepuluh berarti yang kesepulu. Sementara kaping sedasa berarti sepuluh kali
Yang paling menarik sebenarnya munculnya kata Surya Mataram. Inilah yang kemudian akan membawa ke sejarah lama Mataram. Sultan mengatakan Surya Mataram muncul sebagai tanda berakhirnya perjanjian antara para pendiri Mataram yakni Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Giring. Perjanjian itu telah terpenuhi sehingga tidak ada lagi aa batas antara mataram lama dan mataram baru. Perjanjian itu telah memisahkan mataram menjadi mataram lama yakni dari masa Ken Arok hingga Pajang dan Mataram Baru dari jaman Panembahan Senapati hingga HB X ini. Jika perjanjian itu sudah dipenuhi maka berarti tidak ada lagi batas. Sejak Ken Arok hingga HB X berada dalam satu garis keturunan.
Untuk diketahui, ada pemahaman bahwa seluruh raja Jawa jika dirunut adalah keturunan Ken Arok. Dari Singasari, Majapahit, Pajang, hingga Mataram. Asal-usulnya dari garis keturunan Ken Arok dan Ken Dedes.
Pertanyaannya, siapa sebenarnya Ki Ageng Pemahanan dan Ki Ageng Giring? Darimana asal usul mereka dan perjanjian macam apa yang mereka lakukan. Di tulisan berikutnya akan kita bahas.