
Battleship atau kapal perang dengan ukuran besar dipelopori dengan munculnya HMS Dreadnought yang memasuki layanan dengan Angkatan Laut Kerajaan Inggris pada tahun 1906. Pada saat itu desainnya sangat revolusioner. Tidak seperti kapal perang generasi sebelumnya, Dreadnought dipersenjatai dengan persenjataan yang semuanya besar yakni sepuluh meriam 12 inch. Ketika kapal ini datang, kapal perang lain langsung menjadi usang dan jelas minder.
Namun kapal perang generasi jumbo ini sangat mahal dan fungsinya lebih banyak digunakan untuk masa damai sehingga hanya untuk menunjukkan kekuatan nasional. Akhirnya umurnya habis untuk berlayar saja. Ketika perang, kapal besar ini juga jarang sekali berada di garis depan pertempuran karena sifat lamban mereka pun sebagian besar hanya jadi pertunjukan.
Satu-satunya duel yang melibatkan Dreadnoughts adalah di Jutland selama Perang Dunia I. Tetapi di pertempuran ini pun Angkatan Laut justru takut kapal raksasa dan mahal tersebut rusak.
Selanjutnya, selama Perang Dunia II, banyak kapal perang hancur karena serangan udara. Menjelang akhir perang, dengan kekuatan udara menjadi dominan, kapal besar menjadi target empuk serangan udara.
Kapal perang terbesar ini pun memunculkan perdebatan. Kapal raksasa dinilai justru menghambat perang dan terlalu memakan biaya besar yang seharusnya bisa digunakan untuk sektor lain. Jerman setelah kapal raksasa meraka Bismarck dan Tirpitz dihancurkan dari udara oleh pembom Lancaster Inggris akhirnya memilik kembali ke model fjord Norwegia. Sementara itu kapal besar seberat 72.000 ton Yamato dan yang lebih kecil Musashi keduanya milik Jepang juga tenggalam oleh kekuatan udara yang berbasis kapal induk.
Tetapi kapal perang besar juga membawa peran dalam kemenangan Amerika di Pasifik, Amerika Serikat mengambil bagian dalam menghancurkan kekuatan Jepangdi Solomon pada bulan November1942.
Kapal perang, juga mengambil peran membombardir posisi pantai, dan umumnya mengambil peran sekunder untuk kapal induk. Namun demikian, kapal perang memiliki bagian dalam keterlibatan besar terakhir dari perang melawan Jepang, Pertempuran Teluk Leyte, 24-26 Oktober 1944.
Pada akhir perang Angkatan Laut AS memiliki 23 kapal perang. Pada tahun 1949 hanya Missouri yang masih dinas aktif. Kapal perang baru yang dinonaktifkan dan dimasukkan ke dalam armada cadangan. Kapal perang tuadigunakan sebagai target untuk tes senjata nuklir, atau dibuat menjadi tempat wisata.
Ketika Perang Korea pecah, kapal perang Wisconsin, New Jersey, dan Iowa diaktifkan kembali dan bergabung dengan Missouri dalam tugas pemboman pantai. Missouri ditutup tahun 1955, Jersey Baru pada tahun 1957, dan Iowa dan Wisconsin pada tahun 1958. Pada tahun 1968-1969, selama Perang Vietnam, New Jersey aktif lagi dalam pelayanan untuk misi pengeboman pantai.
Untuk meningkatkan pembawa pasukan pembawa keempat kapal perang di armada cadangan y diaktifkan kembali yakni New Jersey pada tahun 1983, Iowa pada tahun 1984, Missouri pada tahun 1986, dan Wisconsin pada tahun 1988. Kemudian Iowa dan New Jersey yang dinonaktifkan pada tahun 1990, Wisconsin pada tahun 1991, dan Missouri pada tahun 1992. Wisconsin dan Missouri adalah kapal perang terakhir yang digunakan dalam tindakan pada awal tahun 1991, selama Perang Teluk Persia, mereka dikerahkan di lepas pantai Kuwait untuk membom posisi artileri Irak. Pada tahun 1995, empat kapal perang Amerika Serikat secara permanen pensiun dari Angkatan Laut Amerika Serikat.