Hubungan antara Rusia dan NATO terus memanas. Bukan lagi sekadar perang retorika, Amerika dan NATO sudah mulai menumpuk kekuatannya di pinggiran Rusia. Sementara Rusia juga terus memperkuat posisinya dengan membangun sejumlah pangkalan, terutama di Crimea yang dianeksasi dari Ukraina 2014 lalu.
Pertanyannya, bagaimana jika benar-benar terjadi perang antara Rusia melawan Eropa dan Amerika? Bagaimana peta kekuatannya? Siapa yang akan unggul? Siapa yang mendukung?
Jika perang benar-benar terjadi maka NATO bisa dengan cepat menyebarkan kekuatan untuk melawan pasukan udara Rusia. Mereka bisa menggunakan pangkalan di Rumania, Bulgaria dan Polandia. Dari wilayah ini NATO bisa dengan cepat mencapai perbatasan Rusia-Ukraina. Dan hampir dipastikan pesawat tempur AS juga akan bergegas ke Eropa Timur.

Akan terjadi pertemuan dua teknologi tempur udara papan atas. Pesawat generasi ke-4, 4+, 4++ akan bentrok di langit. F-16 bisa sejajar dengan Su-27, F/A-18 akan bentrok dengan SU-30. Sementara jika Amerika menurunkan F-22 Raptor maka Rusia memiliki Su-35, pesawat yang meski bukan siluman penuh tetapi memiliki penciuman tajam terhadap pesawat siluman untuk kemudian dihancurkan.

Sementara sistem pertahanan udara Rusia dikenal sangat kuat. S-300, Iskander E, Topol hingga S-400 akan menjadi ancaman maut bagi pesawat tempur NATO dan Amerika. Tetapi kekuatan udara NATO memiliki keunggulan teknologi dibandingkan Rusia dan pilot yang juga terlatih. Pergerakan B-2 Siluman juga akan sangat terancam oleh sistem pertahanan udara Rusia. Tidak seperti di Timur Tengah yang bebas keluar masuk, di Rusia B-2 akan menghadapi ancaman sesungguhnya.

Di darat, Rusia memiliki keuntungan karena mempunyai 16,000-18,000 tentara di perbatasan Ukraina yang terdiri dari infanteri mekanis, armor, pertahanan udara mobile dan artileri. Rusia bisa bertempur sengit di perbatasan.
Meski jumlah pasukan Rusia jelas tidak sebanding dengan ketika masih Soviet yang memiliki puluhan ribu tank dan senjata berat serta jutaan personel. Kini Rusia hanya memiliki 205.000 tentara aktif dan 80.000 tentara cadangan yang tersebar di berbagai wilayah. Senjata arteleri berat dan tank Rusia memang yang terbaik tetapi jumlahnya tidak lagi sebanyak masa lalu.
Tetapi kekuatan ini masih akan mampu membendung setiap usaha NATO untuk masuk Krimea. Apalagi didukung kekuatan di laut. Perairan dangkal Laut Hitam telah menjadi perangkap mematikan bagi kapal perang Amerika. Hal ini terjadi ketika perang dunia II ketika pertempuran Leningrad dan Stalingrad.

Ukraina sendiri hanya memiliki sekitar 64.000 tentara dengan kemampuan tidak baik. Mereka jarang berlatih dan tidak memiliki persenjataan memadahi. Ketika masih bergabung dalam Soviet daerah ini memiliki lebih dari 700.000 tentara yang menjadi ujung tombak Soviet kala itu. Tetapi sekarang mereka adalah tentara yang lemah.
Bagaimana dengan NATO? Pada tahun 1970, Angkatan Darat AS memiliki sekitar 710.000 tentara di Eropa, sebagian besar berbasis di Jerman. Hari ini, AS hanya memiliki 27.500 tentara Jerman yang berbasis di kiri, sebagian besar unit dukungan non-tempur. Paling-paling, AS mungkin bisa membentuk dua brigade tempur dengan kekuatan hanya sekitar 5.500 orang. Dan untuk menggerakkan sisa pasukan AS yang berbasis di Afghanistan, Kuwait, Teluk, Korea Selatan dan Jepang, atau Amerika Serikat juga tidak cepat. Membutuhkan waktu sekitar enam bulan.
Namun AS masih mempertahankan pangkalan udara besar di Jerman yang dapat mendukung intervensi militer di Ukraina. Akhir-akhir ini,kontingen kecil AS dan NATO dikabarkan diam-diam dimasukkan ke Eropa Timur dan kawasan Baltik. Mereka berbasis di Jerman.

Sejak akhir Perang Dingin, angkatan bersenjata AS, NATO, dan militer Rusia telah berkurang tajam oleh pemotongan anggaran. Sampai krisis Ukraina muncul hampir tidak ada potensi perang di Eropa. Sehingga mereka begitu tenang ketika mengurangi kekuatan militer.