Kementerian Pertahanan Inggris membuka negosiasi dengan Raytheon Inggris untuk mengisi stok senjata Paveway IV Angkatan Udara Inggris setelah cukup banyak digunakan untuk menggempur ISIS.
Sejak bergabung dengan koalisi pimpinan Amerika pada September 2014, Royal Air Force (RAF) sudah merilis setidaknya 300 serangan dengan rudal ini. Sehingga Kementerian Pertahanan mengatakan perlunya tambahan Paveway IV di gudang senjata mereka.
“Saya bisa mengkonfirmasi bahwa ada diskusi mengenai penambahan Paveway IV,” kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan sebagaimana dikutip Defense News Sabtu 18 April 2015.
Richard Daniels, CEO Raytheon Inggris, mengatakan kepada Defense News bahwa suatu
Paveway IV kelas 500-pound merupakan salah satu bisnis yang potensial tahun ini.
“Kami tentu berbicara dengan RAF tentang persyaratan mereka. Kami tidak pernah mengomentari operasi tapi dengan segala sesuatu yang terjadi di Inggris akan membutuhkan lebih banyak dan lebih banyak senjata,” kata Daniels. Tidak ada yang bersedia untuk berbicara tentang nilai kesepakatan tersebut.
Sebelumnya, pemerintah menempatkan beberapa perintah Paveway IV pasca kampanye udara NATO di Libya pada tahun 2011 dengan nilai US$ 89,3 juta.
Raytheon Inggris juga telah mengekspor Paveway IV ke Royal Saudi Air Force untuk dipasang di Tornado dan Typhoon dan digunakan untuk menyerang ISIS.
Delapan jet Tornado milik RAF saat ini beroperasi dari pangkalan Inggris di Akrotiri, Siprus, membawa senjata bersama dengan rudal Brimstone untuk memberikan kemampuan serangan terhadap ISIS target di Irak. Sementara Drone Reaper Inggris beroperasi dari pangkalan di Timur Tengah menggunakan rudal Hellfire buatan Lockheed Martin.
Juru bicara Kementerian Pertahanan menolak untuk memberikan rincian dari senjata yang digunakan oleh RAF di Irak.
Sementara kampanye melawan IS kurang intensif dibandingkan adalah serangan Libya, komitmen Inggris dan angkatan udara lainnya tetap terbuka tetapi dengan konsekuensi penambahan senjata harus dilakukan.