https://youtu.be/-62_lwLdzdc
Pesawat F-16C 52ID yang jatuh di Halim memiliki sejumlah kelemahan dan kelebihan. Apa saja?
Untuk urusan pertempuran udara, mampu membawa rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder P-4/L/M dan IRIS-T (NATO). Sementara rudal jarak sedang yang diangkut adalah AIM-120 AMRAAM-C.
Untuk sasaran darat dan perairan, pesawat ini membawa persenjataan kanon 20 mm, bomb standar MK 81/82/83/84, Laser Guided Bomb Paveway, JDAM (GPS Bomb), Bom anti runway Durandal, rudal AGM-65 Maverick K2. Ada juga rudal AGM-84 Harpoon (anti kapal) dan rudal AGM-88 HARM (anti radar).
Peralatan Improved Data Modem Link 16 memungkinkan pilot berkomunikasi tanpa suara hanya menggunakan komunikasi data dengan pesawat lain atau radar darat, radar laut atau radar terbang.
Pesawat juga akan dilengkapi pod navigation dan targeting canggih seperti SniperLitening untuk operasi tempur malam hari dengan tingkat akurasi tak berbeda dengan siang. Di samping itu mampu melaksanakan missi Supression Of Enemy Air Defence (SEAD) untuk menetralisir pertahanan udara musuh. Kesimpulannya, daya gempur pesawat ini lebih dahsyat.
Pesawat block 52 memiliki kelebihan karena daya dorong mesin yang lebih kuat. Hal ini menjadikan pesawat mampu membawa senjata lebih banyak dan daya jangkau lebih tinggi. Namun tetap ada konsekuensi dari hal itu. Pesawat tersebut menjadi agak kedodoran ketika harus melakukan close combat atau dogfight alias pertempuran jarak pendek. Bahkan TNI AU mengakui kemampuan dogfight dari pesawat baru itu akan berada di bawah kemampuan pesawat yang saat ini telah dimiliki TNI AU.
Tetapi yang juga harus diperhatikan dalam situasi dogfight, teknologi bukan satu-satunya penentu. Kemampuan pilot juga menjadi sangat penting. Bukan masalah the gun tetapi the man behind the gun.
Dilengkapi sistem avionic dan senjata udara modern serta kemampuan daya jangkau operasi lebih dari 700 km, pesawat ini juga menjalankan fungsi pencegatan terhadap pesawat musuh yang masuk wilayah Indonesia tanpa harus terkendala soal bahan bakar.